Besar kemungkinan masih ada korban lain yang enggan bersuara.
Keluarga mereka masih menutupi, bahkan ada yang memilih keluar dari desa untuk menghindar dari musibah yang lebih pelik.
Beberapa tahun lalu ada juga anak lain yang sempat melaporkan sebagai korban kekerasan seksual ke Polres Bolaang Mongondow, tapi sama, hasilnya nihil.
Laporan tidak diproses.
Korban yang melapor saat itu belum diketahui kabarnya sekarang.
Di usianya yang ke-14, Bunga (bukan nama sebenarnya, -red), ditinggal sang ibu.
Ibunya meninggal, menyusul ayah Bunga yang sudah meninggal 5 tahun sebelumnya.
Bunga pun menjadi yatim piatu.
Baca juga: LPSK Ungkap Kejanggalan Hasil Temuan Komnas HAM soal Dugaan Pelecehan Seksual Putri Candrawathi
Suratan takdir membawanya tinggal di sebuah panti asuhan di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Dirawat di panti asuhan itu, keluarga yang masih tersisa punya harapan besar pada Bunga.
Mereka memimpikan Bunga dapat cepat move on, menyongsong masa depan bahagia, unggul dalam pengetahuan, dan kuat dalam iman.
Maklum saja, pengasuh panti asuhan itu adalah seorang Gembala atau Pendeta berinisial FP (46).
Istri FP pun berprofesi pewarta firman.
Namun harapan tinggal harapan, yang indah dalam angan-angan, tapi menyakitkan dalam realitas.