TRIBUNNEWS.COM - Aksi puluhan siswa SMP yang merusak ruang belajar SD terjadi di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Peristiwa penyerangan melibatkan siswa dari SMPN 14 Mataram dan SDN Model Mataram.
Siswa SMP merusak pembatas sekolah yang membuat murid SD menangis ketakutan di pelukan gurunya.
Video juga sempat viral di media sosial setelah diunggah sejumlah akun di Instagram dan Facebook.
Atas kejadian ini, murid dari SDN Model Mataram diliburkan untuk sementara waktu.
Kronologi kejadian
Baca juga: Anggota DPRD Batam Mengamuk Hingga Lempar Mikrofon Saat RDP Bahas Polemik Pemilihan RW
Aksi puluhan siswa SMPN 14 Mataram terjadi pada Jumat (2/9/2022) siang.
Mereka merusak pembatas ruang tempat murid SDN Model Mataram belajar.
Akibatnya pembatas terbuat dari kayu triplek itu jebol dipukul dan dilempari batu.
Saat kejadian, murid-murid SDN Model Mataram sedang belajar di dalam ruangan tersebut.
Kepala sekolah SDN Model Mataram, Aries Setiarini menjelaskan, aksi penyerangan terjadi begitu cepat.
Bahkan awalnya ia tidak mengetahui kejadian hingga murid-muridnya datang ke ruangan Aries.
"Jadi anak-anak tiba tiba datang ke ruangan saya. Ada yang lapor kalau skat itu dijebol."
"Banyak anak yang takut peluk saya sampai nangis," ucap Aries, dikutip dari TribunLombok.com, Minggu (4/9/2022).
Baca juga: KPAI Minta Siswa SD yang Lolos dari Kecelakaan Maut di Bekasi Dapat Pendampingan Psikologi
Dugaan penyebab
Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab kejadian ini.
Ada yang menduga bermula saat murid SD melempar ke bola ke dalam area sekolah SMPN.
Namun berdasarkan informasi yang diterima Aries, keributan dipicu orangtua wali murid SDN 2 Model Mataram menjemput anak-anaknya di halaman SMPN 14 Mataram karena tidak memiliki area parkir.
Hal ini diduga membuat pihak SMPN 14 Mataram tidak terima hingga berujung penyerangan.
Aries menyangkan, permasalahan ini tidak disampaikan kepadanya secara langsung.
"Itu tidak sampai ke saya. Kalau saja sampai, saya akan minta ke bapak ibu wali murid untuk dimaklumi mohon jemput di luar. Itu awal kasusnya," kata Aries.
Fakta lain terungkap, sudah sejak tahun 2014, SDN 2 Model Mataram meminjam ruangan SMPN 14 Mataram untuk belajar karena belum memiliki gedung sekolah sendiri.
Baca juga: Guru Agama di Batang Jawa Tengah Cabuli Lebih dari 20 Siswi SMP
Diliburkan sementara
Aries menambahkan, sementara ini murid SDN 2 Model Mataram diliburkan sementara.
Langkah tersebut disarankan oleh Dinas Pendidikan Kota Mataram.
Aries juga berharap masalah antara SDN 2 Model Mataram dengan SMPN 14 Mataram cepat selesai.
"Kita berharap tidak ada lagi seperti ini. Tindakan murid-murid ini menjadi tanggung jawab kita bersama, anak-anak kita harus menjadi pribadi yang baik," ucapnya, dikutip dari TribunLombok.com.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, Yusuf menyebut pihaknya sudah mengambil langkah.
Murid SDN 2 Model Mataram akan dipindahkan ke eks kampus UT.
"Kita sudah menyerahkan kunci kepada kepala sekolah yang disaksikan oleh wali murid."
"Itu bangunan sangat bagus dan kita meminta untuk segera pindah supaya anak-anak kita belajar dengan nyaman," kata Yusuf.
Baca juga: Viral Oknum Anggota Polsek Kembangan Suruh Wartawan Bicara dengan Pohon, Berujung Diperiksa PropamĀ
Polisi turun tangan
Polisi dari Polsek Sandubaya turun tangan untuk melakukan pendalaman terkait kejadian ini.
Terlebih orang tua murid SDN 2 Model Mataram membuat laporan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Mataram.
Mereka tidak dengan penyerangan yang membuat anak-anaknya trauma.
Kapolsek Sandubaya, Kompol M Nasurllah mengaku pihaknya belum mengetahui siapa menjadi dalang penyerangan tersebut.
"Kita belum tahu siapa pihak yang menyuruh tetapi akan kita dalami. Tetapi kita utamakan perdamaian," kata Nasrulla, dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Viral Video Pria Serang Wanita Dalam Bus di Banjarbaru, Pelaku Diduga ODGJ, Polisi Turun Tangan
Sementara dugaan penyebab penyerangan menurut Nasrulla, dilatarbelakangi konflik antara SDN Model Mataram dan SMPN 14 Mataram.
Dimana posisi SDN Model Mataram menumpang di gedung SMPN 14 Mataram yang menyebabkan ruang belajar menjadi terbatas.
Sementara itu, Kepala SMP Negeri 14 Mataram, Lina Yeti Budi Asih menegaskan, tidak ada aksi provokasi yang terjadi.
Kekesalan siswanya dipicu tidak nyaman karena belajar secara lesehan.
"Sekolah tidak pernah meminta anak-anak untuk melakukan perusakan terhadap pagar pembatas," tegas Lina.
(Tribunnews.com/Endra Kurniwan)(TribunLombok.com/Lalu Helmi)(Kompas.com/Fitri Rachmawati)