Dalam kitab Mujarrabat al-Dairabi al-Kabir yang berbunyi, sebagian orang-orang yang ma’rifat kepada Allah menyebutkan, bahwa dalam setiap tahun akan turun tiga ratus dua puluh ribu malapetaka, semuanya terjadi pada Rabu terakhir bulan Shafar, sehingga hari tersebut menjadi hari tersulit dalam hari-hari tahun itu.
Dalam kitab itu disebutkan, barangsiapa yang menunaikan sholat pada hari itu sebanyak 4 raka’at, dalam setiap raka’at membaca al-Fatihah 1 kali, Surat al-Kautsar 17 kali, surat al-Ikhlash 15 kali dan mu’awwidzatayn 1 kali, lalu berdoa dengan doa berikut ini, maka Allah akan menjaganya dari semua malapetaka yang turun pada hari tersebut.
Mengutip tebuireng.online, bentuk ritual Rebo Wekasan meliputi empat hal:
1. Shalat tolak bala’;
2. Berdoa dengan doa-doa khusus;
3. Minum air jimat;
4. Selamatan, sedekah, silaturrahin, dan berbuat baik kepada sesama.
Tradisi Rebo Wekasan memang bukan bagian dari Syariat Islam, akan tetapi merupakan tradisi yang positif karena:
1. Menganjurkan sholat dan doa;
2. Menganjurkan banyak bersedekah;
3. Menghormati para wali yang mukasyafah (QS. Yunus : 62).
Karena itu, hukum ibadahnya sangat bergantung pada tujuan dan teknis pelaksanaan.
Jika niat dan pelaksanaannya sesuai ketentuan syariat, maka hukumnya boleh.
Tapi, bila terjadi penyimpangan (baik dalam keyakinan maupun caranya), maka hukumnya haram.
(Tribunnews.com, Widya) (Tribun-Timur.com)