TRIBUNNEWS.COM, PINRANG - Korban selamat dari penyerangan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM mengungkapkan mereka melalui malam yang sangat berat, Jumat (30/9/2022).
Para korban itu bahkan sampai harus batuk di dalam tanah agar keberadaan mereka tidak diketahui TPNPB.
Baca juga: Polisi Akan Umumkan Identitas Pelaku Penembakan Pekerja Trans Bintuni Maybrat Papua
Diketahui 14 pekerja Jalan Trans Bintuni Maybrat di Distrik Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat ditembaki TPNPB.
Seorang korban selamat, Rizal 'Om Kumis' (55) warga Pinrang, Sulawesi Selatan memberikan kesaksiannya.
Sore itu, para pekerja sedang sibuk memasang alat perbaikan jalan.
Tiba-tiba suara tembakan terdengar dari atas bukit. Suara tembakan tidak hanya terdengar satu kali. Tapi berkali-kali.
Saat tembakan ketiga, satu pekerja yang bernama Ruslan alias Cullang (33) tertembak di bagian lengan kanan.
"Posisinya saya berada di depan, saat saya balik ke belakang, Cullang sudah bersimbah darah karena tertembak di lengannya," kata Rizal saat ditemui Tribun-Timur.com di rumah duka almarhum Abbas Manna, Minggu (2/10/2022) malam.
Baca juga: Polda Papua Barat Rilis Identitas 9 Korban Selamat Penyerangan TPNPB, Ini Daftarnya
Karena panik, para pekerja semua berlari. Beruntungnya Cullang, masih bisa lari dengan luka tembak di tangan. Mereka lari ke arah pemukiman warga.
Butuh waktu yang lama agar sampai ke pemukiman warga.
Para pekerja yang menyelamatkan diri ini harus menempuh sekitar 7 kilometer agar bisa sampai ke permukiman warga.
"Karena saat itu sudah malam hari, saya dan dua orang pekerja lainnya memutuskan untuk singgah di hutan. Sementara yang lain itu lanjut ke pemukiman warga," tuturnya.
Rizal mengatakan jika ia dan dua pekerja lainnya sempat was-was saat berada di hutan.
Alasannya tidak melanjutkan perjalanan karena takut jika nantinya ada TPNPB-OPM yang juga menunggu di sekitar permukiman warga.
"Jadi kami memutuskan untuk bermalam di hutan. Kami pasrah dan berdoa terus. Kondisinya kami hanya pakai celana saja. Tidak pakai baju. Kami juga tidur di tanah dan di bawah pohon besar," tuturnya.
Baca juga: Isak Tangis Keluarga Pecah Saat 2 Warga Pinrang Sulsel Korban Tewas Penembakan TPNPB Dimakamkan
Saking takutnya ketahuan oleh KKB, ada satu pekerja yang menahan batuknya.
"Ada teman pekerja yang menahan batuk karena takut ketahuan. Nah, ketika sudah tidak bisa ditahan, ia menggali lubang di tanah. Kemudian mengarahkan mulutnya ke lubang dan batuk di lubang tersebut," jelasnya.
Paginya, Rizal dan kedua pekerja lainnya ini kembali menyusuri jalanan untuk sampai ke pemukiman warga.
"Beruntungnya kami bisa selamat. Tapi belakangan kami ketahui jika ada beberapa teman yang meninggal. Salah satunya keluarga saya Abbas Manna dan juga Armin yang merupakan warga Pinrang," tuturnya.
Daerah terpencil
Rizal menjelaskan jika proyek jalanan yang dikerjakan itu merupakan daerah yang cukup terpencil.
"Jadi kita buat jalan trans di sana. Di sebelah kanan itu sudah jurang dan sekeliling kami itu hutan-hutan," jelasnya.
Rizal mengaku mengerjakan proyek jalan trans Bintuni Maybrat ini karena dipanggil Abbas Manna.
Baca juga: Kerabat Kaget Abas Warga Pinrang Sulsel Jadi Korban Tewas Penembakan TPNPB: Beliau Orang Baik
"Saya dipanggil sama Abbas Manna. Saya berangkat ke Sorong pada 10 September," ungkapnya.
Di proyek jalan trans Bintuni Maybrat ini, almarhum Abbas Manna sebagai mandor.
Sementara, Rizal sebagai operator. Almarhum Armin sebagai sopir truk dan Ruslan sebagai pelaksana proyek.
"Ada 14 orang pekerja di sana. Termasuk juru masak perempuan yang bernama Reva. Khusus warga Pinrang ada empat orang. Yakni saya, almarhum Abbas, Ruslan dan almarhum Armin," sebutnya.
Ayah dari empat anak ini membeberkan sudah lama bekerja di Papua Barat. Namun, ini baru pertama kali ada kejadian seperti ini.
"Sudah lama saya kerja di sana. Kira-kira lima tahun lebih. Tapi saya bolak-balik. Jadi kalau dipanggil sama Abbas, saya pergi lagi. Baru kali ini ada kejadian seperti itu," tuturnya.
Baca juga: Merantau 10 Tahun di Papua, 2 Warga Pinrang Sulsel Jadi Korban Penembakan TPNPB
Ia tidak menduga akan ada kejadian tersebut. Rizal menuturkan masyarakat di pemukiman tersebut sangat ramah.
Para pekerja bahkan saling bercerita dan minum kopi bersama masyarakat sebelum ke lokasi proyek jalan trans Bintuni Maybrat.
"Kami tidak tahu, mereka (KKB) datang dari mana. Tahu-tahu sudah ada di bukit dan langsung menembak berkali-kali," ungkapnya.
Rizal berharap kedepannya saat mengerjakan proyek jalanan, pihak Pemerintah Papua Barat bisa memberikan pendamping keamanan. Baik dari pihak kepolisian ataupun TNI.
"Insyaallah saya tidak trauma bekerja di Papua Barat. Kalau pun kami mati di sana berarti sudah ajalnya. Semoga kedepannya, keamanan para pekerja bisa lebih aman lagi dan dijaga oleh aparat setempat," imbuhnya.(*)
Penulis: Nining Angraeni
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Cerita Rizal 'Om Kumis' Lolos dari Kejaran TPNPB-OPM, Sembunyi dan Tidur di Hutan Tanpa Baju