"Berbeda dengan urusan pidana dan etik yang barangkali akan selesai beberapa pekan atau beberapa bulan, luka batin masyarakat pasti akan menganga dalam waktu yang sangat lama," terang Reza.
Baca juga: VIDEO Kapolresta dan Personil Polresta Malang Kota Sujud Massal Mohon Maaf Atas Tragedi Kanjuruhan
Pengamat Sebut Tanda Kurang Pemahaman Manajemen Isu
Sementara itu, Pakar Manajemen Isu dan Krisis Universitas Brawijaya, Maulina Pia Wulandari, menyebut aksi itu menunjukkan kurangnya pemahaman anggota Polri terhadap manajemen isu dan krisis pada tragedi Kanjuruhan.
"Menurut saya, strategi ini adalah strategi komunikasi krisis yang berlebihan dan tidak perlu dilakukan oleh Kapolres Kota Malang," ungkapnya dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Senin.
Pia berujar, jika aksi sujud tersebut mewakili institusi Polri, seharusnya Kapolri yang menyampaikan permintaan maaf, bukan level Kapolres.
"Apalagi kejadian ini levelnya bisa dikatakan kejadian nasional, bahkan internasional," kata dia.
Menurutnya, seharusnya Kapolres di wilayah lokasi kejadian yang melakukan strategi apologia ini.
Bukan Kapolres yang bertugas di luar wilayah lokasi kejadian.
Baca juga: Security Officer Stadion Kanjuruhan Ngaku Tak Perintahkan Tutup Pintu, 14 Gate Tak Dikunci
Sebagai informasi, ada sekitar 100 anggota Polresta Malang Kota yang mengikuti aksi sujud massal pada saat kegiatan apel pagi.
Sebelumnya, terdapat dua polisi yang meninggal akibat terjebak himpitan di akses pintu keluar Stadion Kanjuruhan.
Mereka yakni Briptu Fajar Yoyok Pujiono dan Bripka Andik Purwanto.
Sementara, sebanyak 131 orang meninggal dalam tragedi Kanjuruhan.
(Tribunnews.com/Nuryanti/Ibriza Fasti Ifhami) (TribunJatim.com/Kukuh Kurniawan) (Kompas.com/Aryo Putranto Saptohutomo)
Berita lain terkait Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan