TRIBUNNEWS.COM - Cerita sedih siswi SMA Negeri di-bully gara-gara tak pakai jilbab datang dari Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Diketahui korban bullying berinisial Z (15) yang duduk di kelas X.
Berdasarkan cerita dari ayahnya Agung Purnomo (47), putrinya di-bully oleh guru dan teman sekolahnya karena persoalan jilbab.
Akibat kejadian ini, Z kini tidak mau berangkat ke sekolah.
Berikut cerita lengkap siswi SMA di-bully gegara tak pakai jilbab di Sragen dihimpun Tribunnews.com Minggu (13/11/2022):
Sudah terjadi sejak awal sekolah
Baca juga: Kak Seto Minta Izin Ferdy Sambo soal Perlindungan Anak-anaknya, Sebut Bisa Depresi karena Di-bully
Agung menceritakan, aksi bullying yang diterima oleh Z sudah terjadi sejak awal bersekolah.
Suatu hari, Z pernah dihadang oleh temannya di lorong kelas.
Murid itu bertanya kepada Z apa agamanya karena tidak berjilbab.
Z pun tak menjawab dan mengabaikan perlakukan temannya itu.
"Kedua, pada saat di kelas, anak saya yang satu kebetulan satu kelas dan satu bangku. Ada kakak kelas datang, tanya juga, 'Sebelahmu kenapa tidak berhijab?'," papar Agung, dikutip dari Kompas.com.
Agung melanjutkan ceritanya, pihak yang mempermasalahkan Z tak memakai jilbab juga datang dari gurunya.
Z pernah suatu hari dipanggil oleh guru ke ruang BK.
Guru tersebut bertanya kepada Z alasannya dirinya belum berjilbab.
"Kok belum berjilbab? Oh, berarti belum dapat hidayah?," ucap Agung menirukan perkataan guru ketika itu.
Aksi bullying yang diterima Z puncaknya saat dia dimarahi oleh guru matematika bernama Suwarno (54).
Baca juga: Pria di Riau Ledakkan Bom Dekat Rumah Warga, Belajar Merakit dari YouTube, Motif Kesal Di-bully
Z dihadapan teman-temannya, guru tersebut mempermasalahkan kepada Z lagi-agi tidak memakai jilbab selama 2 jam.
Saat itu, Z menangis dan ketakutan hingga gemetar karena dimarahi.
"Guru matematika itu, memarahi dia sudah cenderung ke arah bullying," kata Agung.
Agung menambahkan, akibat di-bully, kini putrinya enggan masuk sekolah.
Meskipun demikian, Agung tidak tinggal diam. Ia terus memberikan semangat agar Z mau kembali ke sekolah.
"Kondisi anak sekarang nggak berani sekolah, takut," tambah Agung, dikutip dari TribunSolo.com.
Agung kini melaporkan aksi bullying terhadap anaknya ke polisi.
Ia merasa selama ini tidak diberikan kesempatan oleh pihak sekolah untuk menjelaskan perihal anaknya yang belum berjilbab.
Baca juga: Bocah SD Korban Bully di Tasikmalaya Menderita Depresi, Thypoid, dan Peradangan Otak
Guru Suwarno minta maaf
Suwarno saat ditemui awak media mengakui kesalahannya telah memarahi Z di hadapan teman-temannya.
Ia menyebut, kejadian tersebut merupakan spontanitas.
"Itu spontanitas. Seperti kecelakaan, yang namanya kecelakaan terjadi tiba-tiba. Tiba-tiba nabrak, seperti itulah tidak terencana," katanya dikutip dari TrbunJateng.com.
Suwarno membeberkan, saat itu ia hanya menyampaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya memuat nilai karakter berakhlak pada sang pencipta.
Ia menjelaskan kepada muridnya saat itu, jilbab merupakan bagian dari perintah Allah.
Jilbab bukan untuk gaya-gayaan atau alasan lainnya.
"Saya ingin anak-anak memakai jilbab dengan keseganan sendiri dengan ikhlas.
Tidak dipaksa dan tidak dikekang. Saya menyampaikannya seperti itu," imbuh Suwarno.
Meskipun demikian, Suwarno mengakui dirinya salah dengan memarahi Z.
Ia meminta maaf kepada Z dan keluarganya atas kejadian ini.
Suwarno juga berharap persoalan tidak dibawa ke ranah hukum.
"Saya minta jangan (dilaporkan polisi), saya 26 tahun mengajar baru kali ini kejadian, jadi mohon dimaklumi dan dimaafkan, saya juga punya anak dan istri," tandas Suwarno, dikutip dari TribunSolo.com.
Baca juga: Kasus Bully Sundut Rokok, Polres Tangsel Periksa 4 Terduga PelakuĀ
Polisi lakukan pendalaman
Kapolres Sragen, AKBP Piter Yanottama membenarkan pihaknya sudah menerima laporan dari ayah Z ke bagian Satuan Reserse dan Kriminal.
"Tentu segera ditindaklanjuti sesuai ketentuan penyidik akan mempelajari aduan dimaksud," jelas dia, dikutip dari Kompas.com.
Piter melanjutkan, tidak menutup kemungkinan masalah akan selesaikan secara kekeluargaan.
Terlebih saat pihak keluarga Z dan sekolah sepakat menempuh jalur damai.
Polres Sragen juga siap menjadi mediator.
Menurut Piter, proses pidana merupakan langkah terakhir penyelesaian masalah.
"Prinsip nya adalah ultimum remedium, bahwa pendekatan pidana itu adalah obat terakhir," katanya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(TribunJateng.com/Mahfira Putri Maulani)(TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari)(Kompas.com/Fristin Intan Sulistyowati)