Tujuh orang guru tersebut, kata dia, tertimbun tanah longsor di lokasi Jalan Raya Cipanas-Cianjur, Kecamatan Cugenang saat dalam perjalanan menunju Cianjur.
"Para guru dan kepala sekolah TK itu baru selesai mengikuti kegiatan di Desa Sarongge. Sebelumnya mereka beriring-iringan dengan rombongan Pak Bupati dan saya juga," ucapnya.
Kepala Sekolah TK
Salah satu korbannya diduga Yeni Siti Rubaeni yang berusia 45 tahun, kepala Sekolah TK Al-Azhar 18, Cianjur.
Rabu siang, sang kakak, yakni Elan (48) masih setia menunggu adiknya itu di lokasi longsor.
Sudah tiga hari, sang adik perempuannya masih belum ditemukan usai dikabarkan tertimbun material tanah longsor di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur.
Baca juga: Setidaknya 3 Kali Gempa Bumi Kembali Terjadi di Kabupaten Cianjur dan Bogor
Sang adik waktu itu pamitan untuk acara sekolah di daerah Cipanas dengan membawa mobil pribadinya, MPV berwarna putih.
Biasanya sang suami yang menyetir kendaraan. Namun di hari itu, sang suami tidak bisa mendampingi karena ada urusan lain.
Sambil menahan tangis, Elan mengisahkan, bahwa dirinya sudah dari hari pertama menunggu adiknya ditemukan.
"Saya setiap hari ke sini (longsoran). Nunggu adik saya ditemukan," kata Elan dijumpai TribunnewsBogor.com, di lokasi.
Elan mengisahkan, adiknya dikabarkan tertimbun material longsor di wilayah ini sebab saat gempa bumi mengguncang Cianjur adiknya tak jauh dari lokasi longsor.
Saat itu, tambah Elan, dirinya sempat berkomunikasi terakhir mengabarkan ada gempa bumi yang mengguncang Cianjur.
Namun, tak berselang lama, dirinya langsung putus komunikasi.
"Lagi mau pulang ke rumah. Saat itu dia (Yeni) berkegiatan di arah Puncak. Nah, saat kejadian gempa saya kabarin. Posisinya itu memang ga jauh dari Warung Shinta. Setelah itu ga ada kontak lagi sama dia," ungkapnya.