TRIBUNNEWS.COM - Kesedihan masih melanda pengungsi korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Seminggu setelah gempa, kisah pilu di pengungsian pun terdengar.
Seperti kisah pengungsi di Kampus Cikaret Girang, Desa Limbangansari.
Seorang warga, Syamsudin (60) bersama dengan kurang lebih 50 warga lainnya terpaksa tidur di atas kuburan.
Ia mengatakan bahwa sejak hari pertama bencana, langsung menyelamatkan diri ke makam.
"Sejak hari pertama warga memang langsung menyelamatkan diri ke kuburan, dan sampai sekarang warga tidur di sini," ucap Syamsudin diberitakan Tribun Jabar.
Baca juga: Cerita Relawan saat Evakuasi Korban Gempa Cianjur: Deteksi dari Bau hingga Tim SAR Tertua dari Jogja
Selain orang dewasa, anak-anak dan balita juga harus terpaksa tidur di atas alas tikar plastik.
Tikar plastik tersebut mereka bawa dari rumah masing-masing.
Bahkan, sebagian pengungsi juga menjadikan batu nisan sebagai alas tidur dan bantal.
Tenda yang tak layak juga jadi tempat pengungsian Syamsudin bersama warga.
Tenda pengungsian yang didirikan seadanya tersebut pun bocor dan banjir saat hujan deras.
"Di sini banyak anak-anak sama balita, dan lansia juga sekarang kondisinya sudah ada mengeluhkan batuk dan demam," ungkap Syamsudin.
Untuk urusan asupan nutrisi, warga mengambil pujuk daun pepaya dan sayuran yang diambil tak jauh dari lokasi tenda.
Memasuki hari kelima pasca gempa Cianjur, mereka masih membutuhkan bantuan berupa tenda, tempat tidur yang lebih layak, obat-obatan, tisu basah dan kering.
"Kalau dipindahkan mau, tapi jangan terlalu jauh biar tidak sulit ke rumah kami yang sudah roboh," harapanya.
Warga Olah Sayuran Busuk
Pemandangan tak nyaman juga ditemukan di Desa Mekarsari, Kecamatan Cianjur.
Sejumlah ibu rumah tangga terlihat sedang membersihkan wortel busuk untuk dijadikan bahan makanan, Sabtu (26/11/2022).
"Ini yang ada saja dimanfaatkan, kan masih panjang waktunya," kata Heni, seorang warga seperti yang dilansir Kompas.com.
Meskti telah mendapatkan bantuan logistik, tapi bantuan tersebut masih terbatas karena jumlah pengungsi mencapai 200 orang.
Proses pengajuan bantuan juga dinilai terlalu lama.
"Lapor ke RT, ke desa, terus ke kecamatan, prosesnya lama. Sudah dikasih, cuma sedikit," sahut Sinta, pengungsi lain.
Selain berharap mendapatkan bantuan logistik makanan, warga di pengungsian juga berharap mendapatkan obat-obatan, selimut, dan tenda.
"Pengungsi sudah mulai mengeluhkan sakit, terlebih anak-anak, batuk-batuk, demam," ujar Heni menimpali.
Pengungsi Tidur di Kandang Ternak
Tak hanya itu, ada pula cerita warga yang tidur bersama puluhan ternak di Kampung Warungbatu, Desa Mekarsari.
Mengutip TribunnewsBogor, ada 56 orang yang harus tidur di kandang domba.
Sementara jumlah dombanya yakni sekira 40 ekor.
Salah satu pengungsi mengungkapkan, hal tersebut ternyata sudah biasa.
"Sudah biasa, biasa saja," ungkapnya, Kamis (24/11/2022).
Salah satu warga lain mengungkapkan, jika bantuan logistik yang diberikan sudah menipis.
"Beras juga ada, tapi tinggal sedikit," kata Yoyoh (55).
Pengungsi Tidur dengan Jenazah
Kisah menyentuh lainnya datang dari Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang.
Pengungsi di wilayah tersebut terpaksa tidur dengan 11 jenazah korban Gempa Cianjur.
Para pengungsi terpaksa tidur dengan jenazah karena tempat mereka masih terisolir.
Jalan akses ke tempat warga tertutup longsoran.
Mobil ambulans pun kesulitan untuk membawa jenazah.
Seorang pengungsi, Rosidah, mengatakan warga harus membangun tenda seadanya dari terpal sebagai lokasi pengungsian.
"Karena anak-anak trauma, akhirnya kami pisah jenazah ditaruh di ujung belakang sana, sementara warga di depan sini," kata Rosidah, Rabu (23/11/2022), dilansir TribunnewsBogor.com.
(Tribunnews.com, Renald)(TribunnewsBogor.com, Reynaldi Andrian/Damanhuri)(TribunJabar, Fauzi Noviandi)(Kompas.com, Firman Taufiqurrahman)