Ketika datang ke Hidatullah, Syahrul langsung berkomitmen membangun delapan unit ruang, dua diperuntukkan sebagai Pustaka, dan sisanya sebagai tempat belajar santri. Di kemudian hari komitmen itu diwujudkan oleh Bupati Gowa periode 1994-2002 tersebut.
Ada yang menarik kala itu. Seorang anak yatim berkaos putih dan bercelana pendek warna merah. Bocah itu selalu memegang tangan Syahrul. Ke manapun Syahrul melangkah, sang anak selalu mengikuti. Jemarinya tak mau lepas dari pergelangan tangan politisi yang kini berkhidmad di Partai NasDem.
Anak kecil itu merengek kepada Syahrul, agar membawanya ke Jakarta, atau kemanapun Syahrul akan pergi. Dia sudah tidak punya siapa-siapa di Aceh. Kedua orangtuanya dilamun gempa bumi dan gelombang Samudera Hindia.
Namun kala itu, Syahrul belum dapat memenuhi permintaan sang yatim. Benar bahwa dia sudah memiliki rencana mengadopsi 20 anak korban tsunami untuk disekolahkan di Jakarta, tapi kuotanya sudah penuh.
“Dengan berat hati kala itu Pak Syahrul menolak permintaan yatim tersebut,” kisah Teungku Mursalin.
Syahrul Yasin Limpo Tergiang Rengekan Sang Yatim
20 puluh yatim korban tsunami Aceh kini telah lulus sarjana. Bahkan ada yang telah menjadi dokter. Tapi ada yang masih mengganjal di ingatan Syahrul Yasin Limpo. Ia teringat kembali kepada sang yatim yang merengek kepadanya.
Setahun lalu, ia meminta teman-temannya melacak keberadaan sang yatim. Bermodal foto ketika si anak dan Syahrul berada di Pesantren Hidayatullah, pencarian pun di mulai.
Teungku Mursalin pun ikut melakukan pencarian. Dia menjumpai Camat Lhoknga, Aceh Besar, memberi tahu tentang kisah tersebut. Sang camat memberitahu keuchik dan sekretaris desa di bawah binaannya. Tapi tak satupun berhasil menemukan jejak sang yatim.
Ketika Syahrul berkunjung ke Pesantren Hidayatullah pada Jumat (4/3/2022) ia masih menanyakan keberadaan si anak yatim. Bahkan pada spanduk silaturahmi tersebut ia meminta agar foto dirinya dan sang yatim dipasang. Tapi usahanya masih belum membuahkan hasil.
“Setelah kunjungan ke Pesantren Hidayatullah pada bulan Maret 2022, pak Syahrul masih mencari anak yatim itu. Tapi belum juga membuahkan hasil. Ia sangat rindu ingin bertemu dan melakukan sesuatu kepada anak tersebut,” kata mantan Ketua DPW Partai NasDem Aceh Zaini Djalil, Selasa (13/12/2022).
Zaini Djalil menyebutkan, ada rasa sesal di hati Syahrul mengapa kala itu ia tidak membawa saja anak tersebut. Tapi kala itu memang tidak mungkin. Membawa anak manusia tidak semudah mengangkut benda mati. Ada izin yang harus dipenuhi. Minimal ada wali yang memberikan restu.
“Gerak sejarah membuat semua itu terjadi. tapi Pak Syahrul setelah pertemuan di Hidayatullah, tidak bisa melupakan si yatim berkaos oblong dan celana pendek merah tersebut,” terang Zaini Djalil.
Akankah Syahrul berhasil menemukan sang yatim? Entahlah. “Semoga saja Pak Syahrul berhasil bertemu kembali dengan anak itu. Ada rindu yang teramat besar di dalam dadanya,” imbuh Zaini Djalil.(*)