Usaha produksi gamelan Fajar itu dibuka pada awal 2019 dengan modal Rp 50 juta.
Uang itu berasal dari tabungan yang ia sisihkan selama membantu ayah angkatnya selama 10 tahun.
Modal Rp 50 juta itu ia gunakan untuk mengontrak rumah sebagai rumah produksi gamelan serta membuka usaha laudry.
“Fokus usahanya memang gamelan. Tapi karena usaha gamelan penghasilannya tidak setiap hari, akhirnya memutar otak untuk membuka usaha laundry yang penghasilannya bisa untuk harian,” kata sarjana lulusan Sekolah Tinggi Hindu Dharma (STHD) ini.
Misi melestarikan budaya hingga membuka lapangan kerja
Bagi Fajar, membuka usaha produksi gamelan bukan sekedar mendapatkan untung. Namun, melalui produksi gamelan, Fajar juga berharap bisa ikut melestarikan budaya Jawa yang saat ini sudah banyak ditinggalkan, terutama oleh anak-anak muda.
“Setelah beliau (Suwaldi,-red) meninggal, saya mulai berpikir eman-eman (sayang) kalau ilmu yang diberikan beliau tidak digunakan. Saya pikir, kalau anak muda tidak meneruskan usaha gamelan ini, siapa lagi. Anak muda lebih mencintai budaya luar sehingga budaya tradisi sudah sangat jarang digeluti. Itu yang menjadi motivasi saya untuk melanjutkan,” jelasnya.
Fajar meyakini, usaha produksi gamelan bakal tetap prospek kedepannya. Musik gamelan pun bisa dipadupadankan dengan musik modern.
“Optimis saya begini, negara tidak akan kehilangan jati diri. Anak muda itu mau tidak mau harus melestarikan. Kalau nggak anak muda siapa lagi. Saya pun di lingkup pemuda selalu mengajak, ayo kita lestarikan budaya kita. Boleh mencintai produk budaya lain tetapi jangan dilupakan budaya asli dari kita,” bebernya.
Tak hanya menjadi sumber penghidupan bagi Fajar, usaha produksi gamelan di bawah bendera CV Berkah Bopo ini juga menjadi tumpuan hidup bagi orang lain.
Sebanyak 9 orang yang sebagian besar di antaranya merupakan pemuda-pemuda lulusan SMP dipekerjakan sebagai karyawan.
Listyanto, salah satu karyawan Fajar mengatakan telah bekerja memproduksi gamelan bersama Fajar selama lima tahun.
Awalnya, ia bekerja sebagai karyawan ayah angkat Fajar, Suwaldi.
“Ketika Pak Suwaldi meninggal, usaha gamelannya sudah tidak dilanjutin keluarganya. Terus saya mulai ikut Pak Fajar,” kata Listyanto, Kamis (29/12/2022).