Pihaknya mengakui, irama tabuhan beduk tersebut mengacu pada lantunan zikir umat Islam ataupun selawat kepada Nabi Muhammad Saw.
"Bunyi beduk saat ditabuh jika diperhatikan saksama seperti sedang membaca kalimat tauhid dan selawat Nabi Muhammad Saw," kata M Jumhur.
Ia mengatakan, terdapat tiga irama dalam penabuhan Beduk Samogiri dalam tradisi tabuh dlugdag, yaitu lantunan kalimat tauhid, ucapan lafaz Allah Swt, dan la haula wala quwwata illa billahil 'aliyil adzim.
Menurut Jumhur, tiga irama tabuh dlugdag juga mempunyai makna filosofis, yakni kaum muslim tidak bisa melaksanakan puasa Ramadan tanpa pertolongan Allah Swt.
"Tradisi itu turun-temurun sejak zaman Wali Sanga setelah waktu salat Asar dan irama penabuhannya juga mengacu pada pelafalan zikir atau selawat," ujar M Jumhur. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Tabuh Dlugdag di Keraton Kasepuhan Cirebon, Tradisi Menyambut Ramadhan Sejak Ratusan Tahun Lalu