Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, NTT pada 11-12 Mei 2023, secara khusus akan membahas masalah konflik Myanmar.
Menurut Presiden dalam KTT, acuan Indonesia tetap pada 5 konsensus yang telah disepakati 2 tahun lalu oleh 10 negara ASEAN.
“Ya secara khusus akan dibahas tapi acuan kita tetap untuk Myanmar, acuan kita tetap five point concensus tetap jadi acuan,” kata Jokowi di Bandara Komodo, NTT, Minggu, (7/5/2023).
Presiden menekankan agar dorongan implementasi konsensus tersebut harus dengan dialog.
Karena kata Presiden, penerapan sanksi bukan menjadi solusi.
Baca juga: TNI AU Jelaskan Duduk Perkara Praka ANG Tendang Motor Ibu-ibu, Sempat Ada Dialog Picu Aksi
“Tetapi harus dengan dialog, bukan karena menurut saya sanksi itu bukan sebuah solusi,” katanya.
Presiden Jokowi pun berharap agar konflik di Myanmar dapat segera diselesaikan.
Setidaknya ada tiga hal yang ditekankan Presiden Jokowi terkait isu Myanmar, mulai dari penghentian kekerasan hingga mendorong peran aktif dari Myanmar dalam dialog-dialog.
"Pertama, kekerasan harus dihentikan, segera dihentikan, kedua bantuan kemanusiaan harus sampai ke rakyat di Myanmar dan yang ketiga dialog yang ingin kita yang aktif tidak hanya di sini, tetapi juga di Myanmar sendiri juga harus aktif untuk berperan dalam dialog-dialog yang ingin kita lakukan," pungkasnya.
Adapun 5 Konsensus yang disepakati 10 Negara ASEAN termasuk Myanmar, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada 24 April 2021 yakni:
Pertama, para pemimpin negara ASEAN sepakat kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya.
Kedua, para pemimpin juga sepakat adanya dialog konstruktif di antara semua pihak terkait harus segera dimulai untuk mencari solusi damai bagi kepentingan rakyat.
Ketiga, para pemimpin sepakat mengirim utusan khusus, Ketua ASEAN yang akan memfasilitasi mediasi proses dialog, dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN.
Keempat, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre (The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster management).
Kelima, para pemimpin menyepakati untuk mengirimkan utusan khusus dan delegasi untuk mengunjungi Myanmar bertemu dengan semua pihak terkait.