TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini penjelasan dari Polda Banten mengenai alasan kenapa warga Banten rentan jadi korban tindak pidana perdagangan orang atau TPPO.
hal tersebut diungkapkan oleh Kabid Humas Polda Banten, Kombes Didi Haryanto.
Mudahnya masyarakat menjadi korban adalah karena termakan rayuan sindikat TPPO yang tawarkan gaji besar.
"Dengan penghasilan yang besar serta akan bertanggung jawab atas keselamatan korban selama bekerja," kata dia dalam keterangannya pada Senin (24/7/2023).
Namun, kata dia, apa yang dijanjikan oleh sindikat TPPO kepada korban tidak seperti kenyataan.
"Di mana para korban yang telah diberangkatkan tidak mendapatkan upah sebagaimana yang telah dijanjikan," ujarnya.
Baca juga: Kisah Korban TPPO, Diberangkatkan ke Suriah saat Konflik setelah Diimingi Kerja di Abu Dhabi
Salah satu di antaranya yaitu berinisial IG (34), bahkan sampai saat ini masih berada di luar negeri dan belum pulang ke tanah air.
Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak percaya atas janji manis yang diberikan para calo yang mengaku bisa mempekerjakan sebagai buruh migran ke negara Kawasan Timur Tengah.
"Sampai dengan saat ini, pemerintah telah mengehentikan dan melakukan pelarangan penempatan tenaga kerja Indonesia pada pengguna perseorangan di Negara Kawasan Timur Tengah sebagaimana yang tercantum dalam Permenakertrans Nomor 260 Tahun 2015," ujarnya.
Polda Banten akan menindak tegas pelaku tindak pidana perdagangan orang.
Selain itu, Polda Banten mengajak peran serta masyarakat untuk tidak mau menerima bujuk rayu dari para calo calo yang dapat memberangkatkan menjadi pekerja migran tanpa dokumen yang sah.
"Jika mendapatkan informasi akan hal tersebut segera melaporkannya ke pihak kepolisian terdekat," tambahnya.
Warga Banten Tak Bisa Pulang
IG (34), seorang warga Banten menjadi korban penipuan sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
IG diiming-iming bekerja di Malaysia menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dengan gaji Rp 10 juta selama dua tahun.
Namun ternyata IG menjadi korban penipuan.
Kini IG masih berada di Malaysia dan belum bisa pulang ke tanah air.
Hal itu diungkap oleh Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Haryanto.
"IG sampai saat ini tidak memiliki pekerjaan dan tidak bisa pulang ke Indonesia karena tidak memiliki biaya," kata dia dalam keterangannya pada Senin (24/7/2023).
Kasus ini berawal dari laporan kepada polisi di Polres Pandeglang.
Laporan polisi itu tercatat dengan nomor LP/B/89/VI/2023/SPKT/POLRES PANDEGLANG tanggal 13 Juni 2023 Polres Pandeglang.
Dalam kasus ini, aparat kepolisian telah menangkap dua pelaku yaitu OS (34) dan US (25).
Didik menjelaskan, kasus bermula pada April 2023.
"Tersangka menawarkan kepada korban untuk dipekerjakan sebagai PMI di Malaysia secara ilegal dengan gaji sebesar Rp10.000.000 perbulan dan kontrak kerja selama dua tahun," kata dia.
Setelah bekerja gaji yang korban terima tidak sesuai dan korban hanya bekerja selama dua bulan.
Sehingga IG sampai saat ini tidak memiliki pekerjaan dan tidak bisa pulang ke Indonesia karena tidak memiliki biaya.
"OS yang berperan sebagai sponsor dan US sebagai jasa pengantar para korban, modus pelaku adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari korban, Barang bukti yang berhasil diamankan adalah paspor dan data diri korban," ungkapnya.
Atas perbuatann itu, para tersangka di jerat Pasal 2 ayat (1), Pasal 4, Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberatasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 81 Jo 86 huruf b Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia dengan ancaman pidana minimal 3 tahun dan paling lama 15 Tahun.
Artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul Terungkap Ternyata Begini Alasan Warga Banten Rentan Jadi Korban TPPO, Ada yang Tak Bisa Pulang