Ia tak tahu ibunya telah dibunuh oleh sang ayah dalam kondisi mabuk minuman keras.
"Anak korban ada dua masih kecil-kecil. Paling besar kelas 1 SD dan paling kecil masih TK. mereka tampak trauma. Nah, yang TK ini terus menangis masih mencari-cari ibunya," ucap Pekerja Sosial Masyarakat di Kecamatan Tembalang, Nani, Senin (28/8/2023).
Korban sebelum meninggal dunia dihajar habis-habisan oleh sang suami bernama Yuda Bagus Zakharia yang bekerja sebagai pengrajin keris, pada Senin (28/8/2023) dini hari.
Wajah dan tubuh korban alami sejumlah luka lebam dan sayatan.
Korban dan pelaku merupakan warga satu kampung.
Setiap malam, korban tidur di rumah orang tua pelaku.
"Pas kejadian penganiayaan mertua laki-laki pelaku ya di rumah tapi diam saja. Katanya sih takut dibunuh, padahal masih sehat harusnya bisa telepon, WA atau minta tolong ke siapa saat korban teriak-teriak dihajar," katanya.
Ia menyebut, informasi dari ketua RT setempat pelaku nekat menghajar istrinya dengan alasan cemburu.
Sebagai pendamping, ia merasa miris sebab kejadian penganiayaan sudah terjadi secara berulang tetapi tidak ada dukungan terhadap korban.
"Informasinya korban sering dihajar, kasihan anak-anaknya, mereka trauma," imbuhnya.
Beberapa staf dari Pemkot Semarang datang ke lokasi.
Mereka tampak melakukan asesmen dan pendampingan terhadap anak korban.
Menurut Nani, kejadian itu amat disayangkan ketika Pemkot masih gencar peduli terhadap perempuan dan anak malah terjadi kasus ini.
"Bu Walikota tadi juga datang ke sini," paparnya. (Iwn)
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Kronologi Tukang Keris Bunuh Istri di Semarang, Disaksikan Mertua, Tetangga Tak Berani Melerai