TRIBUNNEWS.COM, GROBOGAN- Susanto ternyata punya rekam jejak panjang dalam menyamar sebagai dokter gadungan.
Selama 'karier'-nya itu, Susanto yang hanya lulusan SMA sudah mengemban sejumlah jabatan. Bahkan menjabat sebagai direktur utama sebuah rumah sakit.
Baca juga: Penjelasan Dokter Anggi Ijazahnya Dicuri Dokter Gadungan di Surabaya: di Facebook Ada yang Jual
Susanto kini sedang diadili karena ulahnya memalsukan identitasnya. Siapa sebenarnya Susanto?
Dikutip dari Kompas.com, Susanto berasal dari Dusun Kawu, Desa Tunggulrejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Sebelum viral lolos bekerja di RS Primasatya Husada Citra (PHC) Surabaya selama dua tahun lebih, Susanto sebelumnya sudah menjadi 'dokter'.
Aksi kejahatan Susanto yang menyaru sebagai dokter telah menyasar di beberapa daerah lainnya termasuk di Kabupaten Grobogan.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Grobogan, dr Djatmiko, mengatakan, di wilayah Kabupaten Grobogan, Susanto tercatat sempat bekerja sebagai dokter Puskesmas Gabus II hingga menjabat Direktur Utama RS Habibullah pada periode 2006.
Selanjutnya, pada akhir 2006 hingga 2008 Susanto dipercaya sebagai Kepala Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Grobogan.
"Awalnya 2006, Susanto itu dokter Puskesmas Gabus II dan Dirut RS Habibullah. Dan terakhir selama tiga tahun menjabat dokter penanggungjawab UTD PMI Grobogan. Kalau di PMI hanya supervisor bukan pelaksana dan uniknya saat di Puskesmas Gabus kalau ada pengobatan massal dia minta kamar sendiri dan pengobatannya resepnya monoton," kata Djatmiko, saat dihubungi melalui ponsel, Kamis (14/9/2023).
Tiga institusi pelayanan kesehatan di Grobogan tersebut, kata Djatmiko, mengaku kecolongan karena Susanto bisa mulus bekerja tanpa terkendala selama itu.
Baca juga: Ijazahnya Dicuri Dokter Gadungan di Surabaya, Dokter Anggi Sebut Pelaku Manfaatkan Momentum Covid
Susanto yang belum terbongkar kedoknya saat itu kemudian memilih hengkang ke daerah lain.
"Susanto usianya saat ini sekitar 40 tahunan. Dulu Susanto ngakunya dokter lulusan Universitas Australia dan penyetaraan di Undip Semarang. Rampung di PMI dia pindah ke daerah lain. Kami benar-benar kecolongan. Orangnya pendiam," tutur Djatmiko.
Pada 2010, IDI Grobogan kaget bukan kepalang setelah menerima informasi jika Susanto tersandung kasus penipuan menyoal statusnya yang terungkap sebagai dokter gadungan.
"2011 ditelepon IDI Kalimantan, mengonfirmasi dan ternyata di sana ketahuan jika Susanto itu dokter gadungan. Hanya lulusan SMA. Semula mengaku sebagai dokter spesialis obgyn, namun kebingungan, kagok saat hendak melakukan operasi. Akhirnya, dilaporkan dan dihukum di sana. Sejak saat itu pula kami mulai berbenah dan memperketat rekruitmen," ungkap Djatmiko.