News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jejak 'Karier' Dokter Gadungan Susanto: Jabat Dirut RS hingga Kepala Unit Tranfusi Darah PMI

Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi dokter - Pria bernama Susanto menjadi dokter gadungan di PT PHC selama dua tahun dengan gaji Rp 7,5 juta per bulan. Padahal, ia hanya lulusan SMA.

TRIBUNNEWS.COM, GROBOGAN- Susanto ternyata punya rekam jejak panjang dalam menyamar sebagai dokter gadungan.

Selama 'karier'-nya itu, Susanto yang hanya lulusan SMA sudah mengemban sejumlah jabatan. Bahkan menjabat sebagai direktur utama sebuah rumah sakit.

Baca juga: Penjelasan Dokter Anggi Ijazahnya Dicuri Dokter Gadungan di Surabaya: di Facebook Ada yang Jual

Susanto kini sedang diadili karena ulahnya memalsukan identitasnya. Siapa sebenarnya Susanto?

Dikutip dari Kompas.com, Susanto berasal dari Dusun Kawu, Desa Tunggulrejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Sebelum viral lolos bekerja di RS Primasatya Husada Citra (PHC) Surabaya selama dua tahun lebih, Susanto sebelumnya sudah menjadi 'dokter'.

Aksi kejahatan Susanto yang menyaru sebagai dokter telah menyasar di beberapa daerah lainnya termasuk di Kabupaten Grobogan.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Grobogan, dr Djatmiko, mengatakan, di wilayah Kabupaten Grobogan, Susanto tercatat sempat bekerja sebagai dokter Puskesmas Gabus II hingga menjabat Direktur Utama RS Habibullah pada periode 2006.

Selanjutnya, pada akhir 2006 hingga 2008 Susanto dipercaya sebagai Kepala Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Grobogan.

"Awalnya 2006, Susanto itu dokter Puskesmas Gabus II dan Dirut RS Habibullah. Dan terakhir selama tiga tahun menjabat dokter penanggungjawab UTD PMI Grobogan. Kalau di PMI hanya supervisor bukan pelaksana dan uniknya saat di Puskesmas Gabus kalau ada pengobatan massal dia minta kamar sendiri dan pengobatannya resepnya monoton," kata Djatmiko, saat dihubungi melalui ponsel, Kamis (14/9/2023).

Tiga institusi pelayanan kesehatan di Grobogan tersebut, kata Djatmiko, mengaku kecolongan karena Susanto bisa mulus bekerja tanpa terkendala selama itu.

Baca juga: Ijazahnya Dicuri Dokter Gadungan di Surabaya, Dokter Anggi Sebut Pelaku Manfaatkan Momentum Covid

Susanto yang belum terbongkar kedoknya saat itu kemudian memilih hengkang ke daerah lain.

"Susanto usianya saat ini sekitar 40 tahunan. Dulu Susanto ngakunya dokter lulusan Universitas Australia dan penyetaraan di Undip Semarang. Rampung di PMI dia pindah ke daerah lain. Kami benar-benar kecolongan. Orangnya pendiam," tutur Djatmiko.

Pada 2010, IDI Grobogan kaget bukan kepalang setelah menerima informasi jika Susanto tersandung kasus penipuan menyoal statusnya yang terungkap sebagai dokter gadungan.

"2011 ditelepon IDI Kalimantan, mengonfirmasi dan ternyata di sana ketahuan jika Susanto itu dokter gadungan. Hanya lulusan SMA. Semula mengaku sebagai dokter spesialis obgyn, namun kebingungan, kagok saat hendak melakukan operasi. Akhirnya, dilaporkan dan dihukum di sana. Sejak saat itu pula kami mulai berbenah dan memperketat rekruitmen," ungkap Djatmiko.

Bukannya tak kapok usai rampung menjalani hukuman di Kalimantan, Susanto kini kembali harus berurusan dengan hukum atas kasus serupa. Residivis ini kembali berulah.

"2022, Susanto menghubungi saya mau perpanjang STR alasan STR mati. Dia pikir kami tidak tahu, setelah saya cecar, dia lantas menghilang dan tahu-tahu dapat kabar dia ditangkap di Jawa Timur," terang Djatmiko.

Kepala Desa Tunggulrejo, Mustaqfirin, membenarkan, Susanto adalah warganya yang sudah lama merantau.

Susanto disebutnya pernah bersekolah di SDN Tunggulrejo I, SMP Negeri Gabus dan SMAN 1 Martoyudan Magelang. Susanto menikah pada 2003 dan dikaruniai anak. Sayangnya, biduk rumah tangganya kandas.

"Susanto itu anak petani dan punya tiga saudara. Orangnya tertutup, pendiam dan tak pernah bersosialisasi. Sejak kecil sampai dewasa di Desa Tunggulrejo dan kemudian pergi ke luar kota. Jarang pulang juga sejak saat itu," kata Mustaqfirin.

Terbongkar di Surabaya

Susanto disebut mencuri data, identitas dan dokumen milik seorang dokter asli asal Bandung, Dokter Anggi Yurikno untuk mengelabuhi saat rekruitmen.

PT Pelindo Husada Citra yang menaungi Rumah Sakit Primasatya Husada Citra (RS PHC) Surabaya menyebut, Susanto 'dokter gadungan' merupakan pekerja waktu tertentu di Klinik Occupational Health and Industrial Hygiene (OHIH) dan ditugaskan di Klinik K3 PT Pertamina EP IV Cepu sejak 15 Juni 2020.

Baca juga: Muncul Dokter Gadungan, IDI Tekankan Pentingnya Mekanisme Kredensial

Selama bekerja sebagai dokter gadungan itulah, Susanto mendapatkan gaji sebesar Rp 7,5 juta per bulan dan belum termasuk tunjangan serta fasilitas lainnya.

Aksi Susanto baru terbongkar Juni 2023, saat RS PHC meminta ulang dokumen lamaran pekerjaan untuk memperpanjang masa kontrak Susanto.

Saat dilakukan pengecekan, pihak manajemen ternyata menemukan kejanggalan hingga diseret ke meja hijau.

Penjelasan Dokter Anggi Ijazahnya Dicuri

Dokter Anggi Yurikno menegaskan tidak pernah mengunggah ijazah dan KTP di media sosial.

Menurut Anggi, ijazahnya digunakan Susanto karena membelinya dari penjual di akun Facebook.

Susanto adalah seorang dokter gadungan di Surabaya, Jawa Timur.

Baca juga: Dokter ASN di RSUD Soe NTT Mogok Kerja Karena Tunjangan Belum Dibayar, Begini Jawaban Pemkab

Anggi mengaku, ia tak mengenal sama sekali terhadap Susanto yang mencatut identitasnya.

"Semua data saya di catut, mulai dari ijazah, surat tanda registrasi (dokter), semua identitas," ujar Anggi di dekat Puskesmas Desa Warnasari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Kamis (14/9/2023).

Anggi mengatakan, dari pengakuan yang mencatut identitasnya, ia mendapatkan identitasnya di facebook.

"Di Facebook ada yang menjual-jual gitu,  dia dapetnya di sana.  Kalau saya gak mungkin uplod lah, dan di website gak ada," katanya.

Anggi mengatakan, pernah lihat data yang diambil Susanto di Surabaya, yakni surat lamaran komplit.

Menurut Anggi, kalau tidak dari sana mungkin dari handphonenya yang pernah hilang atau dari handphone HRD yang hilang.

"Kayanya dari sana, kalau dari saya yang upload, ya saya gak merasa ngeupload," tuturnya.

Anggi mengaku, tentu merasa sangat dirugikan karena identitasnya semua dicatut dan diambil orang.

Adapun yang melakukan pelaporan, kata Anggi, pihak RS PHC Surabaya, saat ia diberitahu kasusnya sudah di polisi.

"Secara personal saya kayanya gak akan melaporkan lagi. Kalau RS PHCnya, mungkin akan berlanjut kasusnya, soalnya kan katanya banyak yang dirugikannya," ujar Anggi.

Senin kemarin, kata Anggi, dirinya sempat dipanggil oleh kejaksaan di jawa timur via zoom, untuk memberikan keterangan. (Kompas.com/Tribun Jabar)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini