TRIBUNNEWS.COM - Kualitas udara di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), kian memburuk setelah dikepung kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Terbaru, kondisi udara di Palembang bahkan masuk dalam kategori berbahaya.
Berbagai peraturan baru dan upaya pun dibuat untuk menanggulangi karhutla yang terus terjadi di Palembang.
Berikut Tribunnews.com rangkum sejumlah fakta kabut asap di Palembang dan wilayah Sumsel, dikutip dari berbagai sumber:
Baca juga: Jambi Dikepung Kabut Asap, Siswa Belajar Daring hingga Ribuan Orang Terserang ISPA
Status Tanggap Darurat akan Diterapkan
Pemerintah Provinsi Sumsel mulai merencanakan untuk meningkatkan status dari siaga darurat karhutla menjadi tanggap darurat.
Langkah itu diambil menyusul semakin meluasnya lahan yang terbakar.
“Kita akan lihat dulu parameternya, bila memang terus naik maka status ditingkatkan. Namun ini akan dirapatkan terlebih dahulu dengan berbagai unsur terkait,” ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, M Iqbal Ali Syahbana, dikutip dari Kompas.com, Selasa (3/10/2023).
Menurutnya, karhutla di Sumsel semakin parah karena kekeringan yang telah berlangsung selama dua bulan terakhir.
Hal itu menyebabkan seluruh kanal yang berada di kawasan gambut menjadi kering.
“Kekeringan ini yang mudah menimbulkan terjadinya kebakaran. Bila gambut yang terbakar, maka akan sulit dipadamkan,” jelasnya.
Puncak Suhu Panas Esktrem
Saat ini, Palembang dan wilayah Sumsel lainnya memasuki puncak suhu panas ekstrem.
Koordinator BMKG Sumsel, Wandayantolis menyebut suhu maksimum pada siang hari masuk dalam kategori ekstrem karena di atas range normal selama 30 tahun terakhir.
"Kemarau dengan sifat yang lebih kering karena adanya El Nino merupakan salah satu faktor pemicu terjadi suhu ekstrim tersebut," jelas Wandayantolis.
"Dengan rendahnya uap air di udara akibat kemarau, menyebabkan radiasi langsung matahari yang sampai ke permukaan bumi menjadi menjadi lebih tinggi dari biasanya."
Siswa TK hingga SMP Sekolah Daring
Baca juga: Kota Palembang Diselimuti Kabut Asap Tebal, Mulai Hari Ini Kegiatan Belajar Mengajar Secara Daring
Buntut dari karhutla dan kabut asap yang kian parah, Pemerintah Kota Palembang menerapkan proses belajar dalam jaringan (daring) bagi siswa TK, SD dan SMP.
Sedangkan untuk siswa SMA diperbolehkan sekolah pada pukul 09.00 WIB atau dengan sistem belajar kombinasi daring dan luar jaringan (luring).
Kabid SMA Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, Joko Edi Purwanto mengatakan kebijakan itu diterapkan untuk mengantisipasi dampak negatif kabut asap.
Selain itu, seluruh peserta didik, guru dan pegawai juga diwajibkan menggunakan masker ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Jika kabut asap semakin parah, pihak sekolah diperbolehkan mengurangi jam belajar siswa.
"Langkah-langkahnya yaitu pengurangan jam belajar, sehingga waktu sekolah dapat lebih cepat, atau bahkan memundurkan waktu masuk hingga pukul 09.00 WIB," terang Joko, dikutip dari TribunSumsel.com, Senin (2/10/2023).
Dinkes Sumsel Siapkan 3,6 Juta Masker
Menyusul Indeks Pencemaran Udara (ISPU) di Palembang yang kian memburuk, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel menyiapkan 3,6 juta masker untuk dibagikan ke masyarakat.
Kepala Dinkes Sumsel, Trisnawarman mengatakan amsker tersebut disiapkan guna mencegah masyarat terkena ISPA.
Saat ini, ISPU di Palembang telah melebihi angka 300.
Baca juga: Kabut Asap Tebal Selimuti Banjarbaru, Truk Keluar Jalur Aspal, 5 Maskapai Tunda Penerbangan
Yang berarti, kondisi udara di Palembang sudah masuk dalam level berbahaya.
Dalam satu pekan, jumlah penderita ISPA di Palembang bertambah sekira 1.000 kasus.
“Anak-anak dan lansia bila tidak terlalu penting diharapkan tidak keluar rumah, karena kondisi udara sudah di ambang batas,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Senin (2/10/2023).
Penderita ISPA Semakin Meningkat
Dampak kondisi udara di Palembang, penderita Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Sumsel semakin bertambah selama September 2023.
Tercatat selama September 2023, ada 34.237 kasus ISPA yang terjadi di Sumsel.
Penderita ISPA terbanyak berada di Kota Palembang, dengan jumlah 13.753 kasus.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Palembang, Yudhi Setiawan mengatakan jumlah tersebut kian bertambah setiap harinya.
"Setiap harinya ada ratusan kasus ISPA, untuk tanggal 25 September ada 721 kasus, lalu 26 September ada 637 kasus dan pada 27 September ads 611 kasus ISPA di Kota Palembang," ujarnya, dikutip dari SRIPOKU.com, Senin (2/10/2023).
Malaysia Salahkan Indonesia
Sementara itu, Direktur Jenderal Departemen Lingkungan Hidup Malaysia, Wan Abdul Latif Wan Jaffar mengatakan kebakaran hutan di Indonesia turut menyebabkan kabut asap di Malaysia.
Menurutnya, kebakaran hutan di Indonesia telah memperburuk kondisi udara di Pantai Barat Malaysia dan di Serawak, Pulau Kalimantan.
“Kualitas udara secara keseluruhan di negara ini menunjukkan penurunan,” ujarnya, dikutip dari AFP.
"Kebakaran hutan di Sumatera bagian selatan dan Kalimantan bagian tengah dan selatan, Indonesia, menyebabkan kabut asap melintasi batas negara."
Baca juga: Kabut Asap Selimuti Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru, 5 Penerbangan Delay hingga 1 Jam
Menanggapi hal itu, Menteri Lingkungan Hidup Indonesia Siti Nurbaya Bakar menyebut pihaknya belum mendeteksi kabut asap yang terjadi di Indonesia berpindah ke negara tetangga.
Disebutkannya, saat ini pemerintah tengah fokus memadamkan kebakaran lahan di Provinsi Sumatra dan Kalimantan dengan menggunakan bom air dari helikopter.
“Kami terus menindaklanjuti perkembangan apa pun dan tidak ada kabut asap lintas batas ke Malaysia,” jelasnya.
(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami, TribunSumsel.com/Linda Trisnawati, SRIPOKU.com/Yandi Triansyah, Kompas.com/Aditya Jaya Iswara/Aji YK Putra)