News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dulu Tak Berkutik saat Kemarau, Kini Petani Desa Tohkuning Bisa 3 Kali Tanam Berkat Bendung Simpar

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bendung Simpar di Desa Tohkuning, Kecamatan Karangpadan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dengan volume air minimum pada musim kemarau, Sabtu (14/10/2023). Dengan optimalisasi, bendung ini bisa bermanfaat bagi petani.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Gilang Putranto

TRIBUNNEWS.COM, Karanganyar - "Dulu sebelum ada Bendungan Simpar cuma bisa dua kali tanam, karena sawahnya tadah hujan," ujar Nardi, petani di Dukuh Tohsari, Desa Tohkuning, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah.

Saat dijumpai pada Sabtu (14/10/2023), Sunardi tengah mencari pakan untuk ternak sembari mengecek sawah yang digarapnya.

Tampak padi yang ia tanam pada musim tanam ketiga ini mulai tumbuh hijau.

Sawah Nardi berlokasi dekat dengan aliran irigasi yang bersumber dari Bendung Simpar Tohkuning.

Nardi mengatakan tahun ini sawahnya sudah dua kali panen padi. 

Ia optimis bisa panen tiga kali meski musim kemarau kali ini lebih panjang dari tahun lalu.

"Ya lebih bagus padinya kalau ada hujan, tapi saat ini air masih bisa diambil dari aliran irigasi, walau (volume air) tidak sebanyak musim tanam sebelumnya, berharapnya hasil panen ketiga nanti tidak mengecewakan," ujarnya.

Nardi, seorang petani di Dukuh Tohsari, Desa Tohkuning, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah, beraktivitas di lahan persawahan miliknya, Sabtu (14/10/2023). (TRIBUNNEWS/WAHYU GILANG PUTRANTO)

Baca juga: 906 Ribu Liter Air Bersih Disalurkan ke Beberapa Daerah Dilanda Kekeringan

Menurutnya, kondisi saat ini jauh lebih baik ketimbang saat Bendung Simpar belum dibangun.

Dulu saat belum ada bendungan, ia hanya bisa pasrah saat musim kemarau panjang.

Sawah yang semestinya bisa tiga kali tanam, hanya bisa digarap dua kali.

"Dulu cuma dua kali, pas kemarau ya tanahnya bero tidak bisa ditanam," ungkapnya.

Area persawahan di Dukuh Tohsari, Desa Tohkuning, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (14/10/2023). Area persawahan ini masih terbantu dengan aliran air dari Bendung Simpar meski di musim kemarau. (TRIBUNNEWS/WAHYU GILANG PUTRANTO)

Pertanian Jadi Mayoritas Mata Pencaharian di Desa Tohkuning

Diketahui, data tahun 2022 menunjukkan Desa Tohkuning memiliki penduduk hampir 6.000 jiwa.

Luas wilayah Desa Tohkuning mencapai 551.120 hektare dengan lahan persawahan seluas 221 hektare.

Mayoritas mata pencaharian warga Desa Tohkuning bekerja sebagai petani.

Kepala Desa Tohkuning, Sunardi, mengatakan Bendung Simpar dibangun pada tahun 2020.

Bendung Simpar disebut memiliki banyak manfaat bagi pertanian di sejumlah dukuh di Desa Tohkuning.

"Dampaknya luar biasa, Bendung Simpar bisa mengaliri sekitar 50 hektare area persawahan di desa kami," ujarnya.

Bendung Simpar di Desa Tohkuning, Kecamatan Karangpadan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dengan volume air minimum pada musim kemarau, Sabtu (14/10/2023). (TRIBUNNEWS/WAHYU GILANG PUTRANTO)

Namun Sunardi juga tak memungkiri musim kemarau kali ini volume Bendung Simpar berada di tingkat minimum. 

"Debet air menurun drastis, karena dari sumbernya juga berkurang," ujarnya.

Petani yang berada di aliran irigasi dari Bendung Simpar masih dapat terbantu.

Tetapi, lahan persawahan yang tidak berada di aliran sungai harus menggunakan mesin diesel untuk mengairi sawah.

"Jadi ada persawahan yang masih bisa tiga kali panen, ada yang dua kali panen," ungkap Sunardi.

Ia berharap pemerintah daerah hingga pusat memberi perhatian lebih terhadap irigasi di Desa Tohkuning.

"Harapannya saluran irigasi dibenahi, dibuat dam-dam lain, sehingga air bisa lebih merata saat musim kemarau seperti ini," tuturnya. 

Embung Dibutuhkan Petani Hadapi Kemarau

Dihubungi terpisah, pengamat pertanian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Prof Samanhudi mengatakan bendungan atau embung sangat bermanfaat bagi petani.

Samanhudi mengatakan tujuan dibangunnya embung atau bendungan adalah untuk memanen air hujan.

"Jadi ketika hujan ditampung di situ, harapannya bisa dimanfaatkan saat musim kemarau," ujarnya kepada Tribunnews.

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof Samanhudi (TRIBUNNEWS)

Baik embung besar, sedang, maupun mini, lanjut Samanhudi, sama-sama bisa bermanfaat.

Meski tidak sedikit yang mengalami kekeringan saat kemarau, embung bisa dioptimalkan untuk mengairi lahan di sekitar aliran.

"Pada prinsipnya dengan membuat embung, saat kemarau bisa untuk mengairi paling tidak di lahan lokal setempat," ungkapnya.

Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bendungan akan bisa optimal memberikan pengairan bagi lahan pertanian di musim kemarau panjang.

"Namanya air bisa hilang selain meresap ke dalam tanah, bisa juga menguap."

"Kalau kemarau panjang penguapannya tinggi, sehingga tidak bisa mencukupi pengairan," ungkap Samanhudi.

Adapun terkait program 1000 embung yang dicanangkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Samanhudi memberikan apresiasi.

"Program 1000 embung bagus, karena untuk antisipasi kemarau panjang akibat El Nino seperti saat ini."

Ia juga berharap pemerintah memberikan perhatian lebih untuk irigasi lahan pertanian.

"Embung maupun bendungan bisa untuk menyimpan dan menampung air, untuk dimanfaatkan para petani saat kemarau," pungkasnya.

(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini