Selain menimba ilmu di negara timur, bahkan Buya Syakur juga pernah menimba ilmu di negara Eropa.
Buya Syakur diketahui menempuh pendidikan sarjananya di Kairo, Mesir dengan skripsi “Kritik Sastra Objektif Terhadap Karya Novel-Novel Yusuf As-Siba’i (Novelis Mesir)".
Saat menjadi mahasiswa di Kairo, Buya Syakur pernah diangkat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kairo.
Setelah lulus Sarjana, Buya Syakur menyelesaikan pendidikan Ilmu Al Quran di Libya, Afrika Utara pada 1977.
Kemudian ia juga menyelesaika pendidikan sastra Arab pada 1979.
Lalu, menyelesaikan pendidikan magisternya dalam bidang sastra linguistik di Tunisia, Afrika Utara.
Baca juga: Mengenang Satu Tahun Wafatnya Buya Syafii Maarif, Sosok yang Tak Henti Suarakan Moralitas Berpolitik
Bahkan setelah lulus, ia juga sempat diangkat sebagai staf ahli di Kedutaan Besar Tunisia.
Tak berhenti di sana, Buya Syakur melanjutkan pendidikan doktoralnya di Oxford, Inggris dan lulus pada 1985.
Buya Syakur menghabiskan waktu selama 20 tahun untuk menimba ilmu di Afrika hingga Eropa.
Setelah lama menimba ilmu di luar negeri, Buya Syakur kembali ke Indonesia, para cendikiawan muslim Indonesia.
Di antaranya bersama Abdurrahman Wahid (Gusdur), Quraish Shihab, Nurcholis Majid hingga Alwi Shihab.
Baca juga: Buya Muhammad Pernah Jadi Haji Backpacker, Kuli Angkut Koper Jemaah Haji
Sejak kepulangannya ke Tanah Air inilah Buya Syakur mengabdi berdakwah di kampung halamannya di Indramayu.
Tak lama kemudian, ia mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Cadangpinggan pada tahun 2000 dan pondok pesantrennya pada tahun 2006.
Selain mengabdikan diri sebagai pendakwah lewat pondok pesantren, Buya Syakur juga sering mengisi kajian-kajian masyarakat secara luas.
Bahkan sebagian dari kajian-kajiannya tersebut diunggah melalui media sosial, seperti Youtube.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Sosok Buya Syakur, Ulama Indramayu Meninggal Dunia, Rekam Jejak Pendidikannya Tak Sembarangan.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)(Tribun Jabar/Hilda Rubiah).