Bimo pun terpaksa menunda cita-citanya menjadi arsitek karena tidak bisa melanjutkan pendidikan ditingkat bangku kuliah.
"Pernah dulu mau daftar kuliah tapi ngak kuat kalau harus naik tangga, atau beridiri lama," ujar pria tamatan SMK 5 Semarang, Jurusan Gambar Bangunan kelahiran 11 Desember 1996 ini.
Jangankan untuk berdiri, saat tidur pun Bimo merasa menderita. Jika tubuhnya telentang seperti pada umumnya orang tidur, pernafasannya terasa sesak.
Oleh sebab itu ia merasa nyaman tidur dengan cara duduk selonjor di kasur seraya keningnya menempel ditembok.
Kondisi tersebut yang membuat keningnya kapalan atau terlihat bengkak.
Ibu Bimo bernama Wiwik Widowati (56) bercerita, kegemukan yang dialami anaknya lebih disebabkan jajanan manis berkarbohidrat tinggi seperti roti, permen, ciki-cikian, dan susu sachet.
Ketika SMP pakaian ukuran XL masih muat digunakan, namun sekarang harus membuat ukuran khusus.
"Kalau pola makannya padahal normal pagi, siang, sore dengan porsi biasa.
Tapi jajanannya yang ngak kehitung, seperti humburger, roti-rotian dan junkfood.
"Yaa itu lo dia sering lihat promo makanan di handphone, kalau ada yang murah menarik langsung beli," kata Wiwik seraya memandang Bimo yang berada di samping.
Kesulitan lain yang dialami anaknya adalah ketika hendak buang air, untuk pergi ke kamar mandi berjarak pendek nafasnya ngos-ngosan seperti melakukan olahraga berat.
Saat awal masuk rumah sakit dan dilakukan penyuntukan infus pun petugas mengalami kesulitan lantaran tenaga medis susah mencari pembuluh vena yang tepat untuk disuntik.
Baca juga: Sosok Bombom, Pria Obesitas di Bali dengan Berat 210 Kg, Diduga Meninggal karena Gagal Napas
Sampai-sampai harus disuntik sebanyak 12 kali.
"Saya pernah tensi di rumah sampai meletus alat tensi nya karena lengannya gede," cerita Wiwik tertawa.