Mengenai masa depan pasangan kedua anak itu, Zahri memasrahkan kepada Allah.
Bahkan, dirinya bersama istrinya komitmen bahwa pernikahan anaknya bisa dilakukan setelah mereka dewasa dan selesai kuliah.
"Anak saya cita-citanya ingin jadi dokter. Kalau sudah lulus kuliah, baru perkawinan bisa dilaksanakan," tegasnya.
BKKBN Buka Suara
Mengutip TribunMadura.com, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Maria Ernawati mengatakan, budaya untuk mengikat melalui pertunangan walaupun masih usia dini masih sering ditemui.
Menurutnya, prosesi itu hanya sekedar tunangan, bukan acara pernikahan.
“Pihak keluarga menyampaikan acara tersebut hanya sebatas pemikat saja namun pernikahanya akan di dilaksanakan setelah anak ini lulus kuliah,” ujarnya.
Erna berharap kepada Pemkab Sampang untuk terus memberikan sosialisasi tentang bahayanya pernikahan dini, salah satunya dapat berpotensi stunting.
“Terjadinya anak stunting itu karena kehamilan yang tidak diinginkan oleh anak tersebut,” pungkasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunMadura.com dengan judul Heboh Bocah SD di Sampang Tunangan, BKKBN Jatim Kuak Kejadian Sebenarnya
(Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunMadura.com/Hanggara Pratama, Kompas.com/Taufiqurrahman)