Namun, ARD belum bersedia menerima ponsel hasil patungan warga tersebut.
"Pihak sekolah sudah mendatangi, tapi faktor psikologis yang menghambat untuk bisa masuk sekolah lagi," ujarnya.
Kronologi Kejadian
Ketua RT setempat, Ajat Supriadi, menyebut kejadian ini sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu.
Saat itu ARD baru dua bulan duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar (SD).
"Arya itu sebenarnya normal, tapi peristiwa itu terjadi ketika Arya memasuki kelas VI, waktu itu baru dua bulan-lah tiba-tiba kehilangan HP dari jerih payahnya sendiri," ujar Ajat.
Ajat bercerita ARD mengumpulkan uang selama beberapa bulan untuk membeli ponsel tersebut.
Namun nahas, ponsel hasil jerih payah ARD tiba-tiba dijual sang ibu.
Akibatnya ARD merasa depresi hingga enggan bersekolah.
Baca juga: 5 Fakta Bocah di Cirebon Depresi Usai Ponsel yang Dibeli dari Menabung Dijual Ibunya
"Namun, kebahagiaan Arya tidak berlangsung lama. HP yang sudah ia beli itu dijual oleh orang tuanya, membuat Arya mulai terganggu pola pikirnya dan malas bersekolah," ucapnya.
Saat melihat kondisi ARD, keluarganya pun kebingungan.
Saat itu keluarga ARD sempat meminta solusi kepada ketua RT dan RW agar sang anak bisa kembali sehat.
"Kami pernah mengantarnya ke rumah sakit, memberikan perawatan dan lain-lain," ujar dia.
Suatu ketika, ARD kabur dari rumah dan ditemukan di Kuningan akibat mengalami depresi.
Beruntung, dengan bantuan sejumlah pihak, Arya sempat mendapatkan ponsel secara gratis dan mulai bangkit dari depresinya.