HRD berinisial L itu mengaku telah teledor karena salah menginput data karyawan dengan nama depan yang sama dengan korban, yakni Dewi.
“Kata dia L 'Maaf ya ini keteledoran saya. Saya salah. Saya harusnya membuatkan ATM untuk Dewi satu lagi'. Tapi malah data saya katanya yang masuk ke bank pelat merah,” ujarnya pada Minggu (7/7/2024).
Dalam percakapan via telepon itu, Dewi mengonfrontasi pernyataan L lantaran semua data pribadinya sama persis dengan rekening yang terdaftar di bank BUMN itu.
Dia pun mencecar L terkait tujuan transaksi yang tercatat sebesar Rp 10 juta.
Sebab, Dewi mengaku khawatir apabila datanya dipakai untuk transaksi pinjaman online (pinjol).
“Saya tekenin kan ini transaksi 10 juta transaksi apa? Saya takutnya ini pinjol. Terus kata dia (L) ini bilang transaksinya aman. Ini bukan pinjol kok, gitu katanya,” tambahnya.
Baca juga: Viral Polantas Pungli Uang Receh ke Sopir Pikap di Tol Halim, Kombes Latif Usman Minta Maaf
Gelagat aneh HRD
Dewi mengaku, gelagat L makin mencurigakan saat pelaku meminta dia untuk tidak memviralkan kasus ini.
HRD itu juga meminta untuk bertemu dan menyelesaikan kasus ini hanya dengan dua pihak.
Bahkan, L mengiming-imingi sejumlah uang kepada Dewi jika bersedia menemuinya.
Dewi pun mengaku bersedia bertemu, tetapi di kantor cabang BNI.
L pun menolaknya dan memaksa bertemu di tempat lain.
“Pokoknya saya bilang 'hari Senin saya mau ke bank pelat merah'. Dan HRD ini bilang jangan katanya, 'Jangan pokoknya ke bank pelat merah. Ini kesalahan fatal saya katanya',” kata Dewi.
Bujukan L tidak berhenti di situ, HRD itu pun meminta kakak kandung dari Dewi, bernama Desi untuk membujuk agar mau menyelesaikan secara kekeluargaan.