TRIBUNNEWS.COM, GORONTALO- Nofrianto Suleman (27) dan Zulpin Radjalawo (27) selamat dari bencana longsor tambang emas di Desa Pemukiman, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
Longsor yang merenggut puluhan nyawa itu diketahui terjadi pada Minggu (7/7/2024) dini hari.
Keduanya tercatat sebagai warga Desa Tulabolo, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.
Baca juga: Ibu dan Balita Jadi Korban Tewas Longsor Tambang Emas di Gorontalo, Suaminya Belum Ditemukan
Keduanya terjebak selama delapan jam dan hanya bermodalkan air setengah botol. Awalnya Nofrianto dan Zulpin masuk ke dalam lubang menambang emas pada Sabtu (6/7/2024) sekira pukul 21.00 Wita.
Dua jam setelahnya, longsor pun terjadi. Mereka kemudian terjebak dalam lubang tambang karena pintu masuk tertimbun material longsor.
"Saat kami ingin keluar dari lubang tambang di malam hari, tiba-tiba longsor menutup jalan keluar. Jadi kami pasrah, tinggal menunggu bantuan," kata Nofrianto saat ditemui di kediaman kepala Desa Tulabolo, Senin (8/7/2024).
Selama 8 jam itu, Nofrianto dan Zulpin harus bertahan hidup di dalam kegelapan dan kesempitan. Mereka juga harus berbagi air dalam kemasan.
“Kami hanya punya setengah botol air. Kami harus menghematnya, minum sedikit demi sedikit agar tidak kehabisan tenaga,” kata Nofrianto.
Mereka sempat berteriak meminta tolong, namun suaranya hanya menggema. Dalam ketakutan, kedua pria itu memutuskan berwudhu.
“Kami berwudhu dengan air yang mengalir dari luar dan masuk ke dalam lubang. Kami pasrahkan semuanya kepada Allah,” tutur Nofrianto.
Setelah itu mereka sempat tertidur dengan posisi duduk di dalam lubang tambang berukuran 1 x 1 meter tersebut.
Namun tidur mereka tak nyenyak karena sesekali terdengar gemuruh guntur dan longsor dari dalam lubang.
Selain itu, keduanya sempat mendengar suara teriakan dari luar lubang teriakan tersebut membuat mereka optimis pertolongan akan datang.
Baca juga: Identitas Korban Meninggal akibat Longsor di Tambang Gorontalo, 9 Jenazah Masih di Titik Longsor
"Ada sempat terdengar suara dari luar memanggil nama kita berdua. Tadinya tenaga kita sudah lemah, jadi bangkit lagi karena suara panggilan itu," kenang Nofrianto.