TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Kepala (Waka) BRIN Prof Amarulla Octavian melaksanakan kunjungan kerja ke PT. Bangka Citra Pratama di Pangkal Pinang, Pulau Bangka, Jumat (19/7/2024).
Selain Waka BRIN, tampak mendampingi Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur Prof Cuk Supriadi beserta 6 periset BRIN.
Hadir pula Komandan Pangkalan TNI AL Bangka-Belitung Kolonel Laut Erwin dan staf.
Kedatangan rombongan Waka BRIN diterima langsung oleh pimpinan perusahaan dan jajaran direksi.
Prof. Amarulla Octavian berkesempatan meninjau fasilitas, peralatan, dan proses pengolahan mineral utama timah dan Mineral Ikutan Timah (MIT) dengan teknologi separator gravitasi, magnetik, dan elektrostatik.
"Selama ini mineral utama hasil tambang adalah pasir timah yang telah banyak dimanfaatkan sementara MIT ekonomis belum optimal diolah karena keterbatasan teknologi," kata Amarulla.
Baca juga: Pimpin Delegasi di JWG Indonesia-Prancis, Wakil Kepala BRIN Tampilkan Kemajuan Riset Gabungan
Bahkan, dikatakan Amarulla beberapa tahun yang lalu MIT masih diperlakukan sebagai limbah oleh sebagian perusahaan. Akibatnya lahan bekas tambang sulit diolah kembali ditengarai salah satu sebabnya karena dampak limbah tersebut.
Sejak awal tahun 2000-an beberapa MIT sudah diolah, seperti rutil, zircon, monasit, silicon, dll, dengan berbagai ragam pemanfaatan pada bidang metalurgi, manufaktur, keramik, dsb.
"Pengolahan MIT di dalam negeri juga ditujukan untuk mengurangi impor dari beberapa negara tertentu. Khusus monasit sampai saat ini masih belum optimal pengolahannya untuk bisa dimanfaatkan lagi," ujarnya.
Prof. Amarulla Octavian mendorong Tim Periset BRIN mempercepat teknologi BRIN guna melakukan ekstraksi monasit, utamanya 3 mineral logam, seperti phospat, uranium-thorium, dan Logam Tanah Jarang (LTJ).
Riset BRIN diarahkan untuk memanfaatkan teknologi ekstraksi phospat dari monasit yang nantinya digunakan dalam produksi pupuk, uranium-thorium untuk produksi bahan bakar nuklir (foto X-ray kesehatan, energi listrik, dan lainnya) serta LTJ untuk produksi battery mobil listrik, semiconductor, permanent magnet, dan lainnya.
Dengan teknologi yang dikembangkan BRIN, maka diharapkan semua MIT dapat diolah kembali sehingga memperoleh nilai ekonomis tinggi berlipat-lipat.
Teknologi BRIN juga diarahkan untuk bisa mengolah hasil akhir MIT sampai memiliki kadar konsentrasi yang ramah lingkungan sehingga proses recovery lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan ulang untuk produksi pangan (Green Economy).
"BRIN sangat berkepentingan untuk mengolah LTJ sebagai bahan baku industri teknologi canggih masa depan dunia," ucapnya.