News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pria di Semarang 8 Tahun Konsumsi Kucing Buat Obati Diabetes, Dinkes Ingatkan Penyakit yang Muncul

Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemakan daging kucing Semarang, Nuryanto (62) alias NY mengaku, telah mengkonsumsi daging kucing selama 8 tahun silam saat konferensi pers di Mapolrestabes Semarang, Kota Semarang, Kamis (8/8/2024).

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG -  Nuryanto (62) alias NY, seorang pria asal Semarang, Jawa Tengah, mengaku telah mengkonsumsi daging kucing selama 8 tahun sejak terkena diabetes.

Pria yang dikenal sebagai pemilik kos murah ini mengatakan, muncul hasrat memakan daging kucing karena mendengar informasi dari kakak kandungnya bahwa daging kucing berkalori rendah sehingga cocok untuk pengidap diabetes seperti dirinya.

"Saya kena diabetes sejak umur 54 tahun, sejak mulai saat itu saya konsumsi daging kucing," jelas Nuryanto di Mapolrestabes Semarang, Kamis (8/8/2024). 

Baca juga: Kasus Bapak Kos Makan Kucing, Legislator Soroti Pentingnya UU Larangan Konsumsi Daging Non-Pangan

Dia juga sudah jengah terhadap sakit diabetesnya yang sudah parah dan tak kunjung sembuh.

Terlebih, dia sudah berobat berulang kali ke dokter di wilayah Gunungpati tetapi tak diberi obat. 

"Saya sempat berobat ke dokter di Gunungpati. Namun, tidak diberi obat," katanya.

Selain itu, Nuryanto berdalih tidak memiliki uang membeli daging sapi atau ayam ketika ingin konsumsi daging.

Kendati memiliki 5 kamar kos tetapi usaha kos-kosan miliknya dipatok harga sangat murah untuk ukuran di Kota Semarang yakni Rp500 ribu pertiga bulan atau tiap kamar Rp167 ribu perbulannya.

Alasan mematok harga murah karena kawasan kosnya rawan banjir.

"Ya tidak ada uang karena usaha kos sangat murah," terangnya.

Di samping itu, Nuryanto menyebut mudah menemukan kucing karena banyak di sekitar rumahnya.

"Masaknya tinggal direbus pakai penanak nasi. Satu ekor kucing bisa habis tiga hari.  Soal rasa dagingnya enak," tuturnya.

Polisi dalam kasus ini menyita sejumlah barang bukti di antaranya sebilah celurit untuk memukul kucing, pisau untuk potong daging kucing, korek api untuk membakar bulu-bulu kucing, dan talenan untuk alas potong daging.

Adapula botol berisi kecap yang digunakan sebagai bumbu penyedap. Selain itu, terdapat sisa tulang kucing yang ditemukan di sekitar lokasi kejadian.

Baca juga: Bapak Kos Pemakan Kucing di Semarang Ngaku Pernah Periksa ke Dokter, tapi Tak Diberi Obat Diabetes

"Kami sita juga penanak nasi sebagai alat perebus daging kucing," jelas Kepala Unit (Kanit) Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Satreskrim Polrestabes Semarang AKP Johan Widodo.

AKP Johan mengatakan, tersangka mencari kucing di sekitar rumahnya yang sedang tidur supaya mudah dilumpuhkan dengan cara dipukul menggunakan gagang celurit di bagian kepala.

Selepas kucing mati, kucing itu lalu dibakar untuk menghilangkan bulu-bulunya.

"Daging kucing lalu dipotong dan dimasak dengan cara direbus menggunakan alat penanak nasi," katanya.

Menurutnya, tersangka memakan daging kucing karena mempercayai bebas dari kalori dan kadar gula rendah.

Alasan lainnya, tersangka doyan makan daging karena tak punya uang sehingga kucing jadi sasaran.

"Tersangka juga dapat saran dari saudaranya soal daging kucing rendah kalori (Secara medis tak ada pembuktiannya)," ungkapnya.

Baca juga: Berdalih Obati Diabetes, Terungkap Hasil Cek Gula Darah Bapak Kos yang Makan 10 Kucing di Semarang

Melihat kondisi tersangka, pihak kepolisian juga bakal melakukan pemeriksaan terhadap psikis tersangka. "Kami masih koordinasi dengan rumah sakit jiwa untuk observasi gangguan jiwa atau tidak," bebernya.

Kendati dijerat pasal berlapis yakni Pasal 91B ayat 1 UU Nomor 41 tahun 2014  serta pasal 302 KUHP, tersangka Nuyanto tidak ditahan polisi.

Hal itu karena ancaman hukuman yang menjerat tersangka di bawah 5 tahun. "Tersangka hanya diamankan 1x24 jam. Setelah itu, hanya wajib lapor seminggu dua kali," ungkap AKP Johan.

Penjelasan Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang tidak menganjurkan masyarakat mengonsumsi daging kucing untuk pengobatan diabetes.

Hingga saat ini, belum ada literasi yang menunjukan khasiat daging kucing menurunkan gula darah.

Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam menyampaikan, daging kucing tidak berdampak menyembuhkan kasus kencing manis.

Baca juga: Kronologi Bapak Kos di Semarang Terpergok Makan Daging Kucing Pakai Nasi, Alasannya Obati Diabetes

"Ketika ditanya-tanya oleh teman-teman Puskesmas Sekaran, itu kan dia dapat informasi dari saudaranya, bahwa daging kucing dapat menyembuhkan diabetes. Kemudian, dua hari lalu, saya dilapori kasus ini. Saya sampaikan (kepada puskesmas), orangnya harus diedukasi. Sampai detik ini tidak ada literasi yang menyampaikan daging kucing bisa menurunkan kadar gula darah," papar Hakam, Jumat (9/8/2024).

Kasus Bapak Kos di Sekaran Gunungpati yang memakan daging kucing ini, lanjut Hakam, menjadi pembelajaran bagi yang bersangkutan maupun masyarakat Kota Semarang.

Dia berharap, informasi yang disampaikannya bisa diterima dan tidak ditiru oleh orang lain.

Justru, kata dia, konsumsi daging kucing bisa menimbulkan efek negatif. Mengingat, makanan kucing belum tentu terjamin atau terjaga dengan baik dari sisi keamanan.

 "Pastinya banyak sekali vektor atau hewan kecil yang berbahaya. Nantinya bisa menjadikan apakah tertular tuberculosis atau penyakit lain, termasuk taeniasis. Taeniasis itu kecacingan," jelasnya.

Meski Bapak Kos di Sekaran tersebut beralasan finansial tidak mampu membeli daging ayam ataupun sapi, menurut Hakam, tidak dibenarkan mengonsumsi daging kucing.

Pasalnya, tidak terbukti daging kucing terhadap penurunan gula darah.

Baca juga: Polisi Cek Gula Darah Bapak Kos Pemakan Kucing di Gunungpati Semarang, Ini Hasilnya

Dia mengatakan, pengobatan kencing manis atau diabetes melitus ini bisa dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik.

Konsumsi dan kegiatan fisik harus seimbang, termasuk pengelolaan stres atau kondisi jiwa dan lainnya.

Sedangkan, konsumsi daging kucing untuk pengobatan diabetes tidak dianjurkan.

Hakam memaparkan, Dinkes gencar melakukan skrining, baik penyakit menular maupun tidak menular, masyarakat bisa mengikuti kegiatan skrining di masing-masing RW untuk memastikan kondisi kesehatan mereka. Skrining ini gratis bagi masyarakat.

"Bisa diperiksa kadar gula darah, tensi, kesehatan mental, atau jiwa. Itu nanti kalau hasilnya upnormal atau di atas normal, selanjutnya dikonsultasikan, rutin datang ke puskesmas sesuai faskes supaya masyarakat tidak kena retribusi," urainya.

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Sosok Nuryanto Bapak Kos Gunungpati Semarang 8 Tahun Jadi Pemakan Kucing Ternyata Tak Ditahan Polisi

dan

Bapak Kos Makan Kucing karena Kalori Rendah Pas Buat Diabet, Dinkes Semarang: Efeknya Malah Negatif!

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini