Untuk semester berikutnya, mereka tidak diwajibkan membayar iuran lagi lantaran sudah ada mahasiswa baru.
Diketahui, penerimaan PPDS Anestesi Undip dibuka setiap semester, bukan setahun.
"Jadi mereka yang semester 1 iuran ada 10 sampai 12 orang. Tiap bulan Rp 3 juta untuk biaya makan 84 orang."
"Itu hanya dilakukan selama 1 semester atau 6 bulan. Satu angkatan, bukan per orang," tandasnya.
Lebih lanjut, Zaenal menjelaskan, uang tersebut digunakan untuk membeli makanan karena dokter residen memiliki jadwal yang padat.
Dia menyatakan, tidak semua tenaga kesehatan anestesi dapat beristirahat di waktu yang sama.
Menurutnya, uang iuran itu dikelola sendiri oleh mahasiswa di satu angkatan.
"Uang itu mereka kelola sendiri kok, bukan dikelola seniornya, atau departemennya, dan itu kesepakatan tiap bagian akan berbeda karena siklus kerja tiap departemen tidak sama."
"Nanti kalau mereka tahun kedua itu tidak lagi, giliran yang tahun pertama, mereka mendapatkan uang yang mereka tabung itu," jelasnya.
Zaenal pun menyayangkan pernyataan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menyebut iuran itu sebagai pemalakan.
Sebelumnya, pihak Kemenkes melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyebut ada dugaan pemalakan terhadap Dokter Aulia.
Baca juga: DPR Sebut Bullying di PPDS Undip Perbuatan Kriminal: Bukan Lagi soal Fisik & Mental, tapi Pemerasan
Dokter Aulia diduga dipalak oleh seniornya Rp 20 juta hingga Rp 40 juta per bulan saat menjalani PPDS Anestasi di Undip.
"Jadi kita sudah ada beberapa hal yang ditemukan oleh tim investigasi seperti misalnya ada permintaan uang diluar biaya pendidikan resmi yang sempat dikatakan itu antara 20 sampai 40 juta per bulan."
"Walaupun memang ini masih simpang siur, ada yang menyatakan hanya 6 bulan tapi ada juga yang menyatakan ini setiap tahunnya nanti sesuai dengan kenaikan tingkat akan terjadi pengurangan," tandasnya.