TRIBUNNEWS.COM, PADANG PARIAMAN - Nia Kurnia Sari (18), gadis penjual gorengan di Padang Pariaman, Sumatra Barat (Sumbar) dikenal sahabatnya sebagia sosok yang cekatan dan gigih.
Yoeka Aulia mengatahan Nia bukan lagi hanya sebatas teman buatnya. Dia sudah menganggap Nia sebagai kakak pelindung walau mereka seumuran.
Kenangan akan tawa, semangat, dan kerja keras Nia masih melekat erat di benak Yoeka, terutama momen terakhir mereka bertemu secara tak sengaja di pasar.
Baca juga: Mimpi Nia Ikut Terkubur Bersama Jasadnya, Yoeka Menangis Ungkap Perjuangan Gadis Penjual Gorengan
Momen itu hanya beberapa hari sebelum Nia dinyatakan hilang hingga ditemukan meninggal tragis dengan jenazah terkubur di daerah Korong Pasa Surau, Nagari Guguak, Kecamatan 2×11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman pada Minggu (8/9/2024).
Sosok Nia yang gigih bekerja demi impian menjadi guru bahasa Indonesia, kini hanya tersisa dalam ingatan.
Yoeka masih ingat betul semburat senyum gadis 18 tahun itu, binar mata dan kegigihan Nia, belum pudar di ingatannya.
Perkenalan mereka bermula di Institut Negeri Syafei (INS) Kayu Tanam tiga tahun lalu, saat berbaju putih-abu.
Keduanya mulai akrab saat duduk di bangku kelas yang sama, bermain, belajar dan bermimpi bersama.
Yoeka biasa memanggil Nia Kurnia Sari dengan sapaan Anya, meski tidak ada korelasi dengan nama gadis tersebut, tapi sedemikian rupa kedekatan mereka.
"Anya itu, orangnya sangat cuek dengan orang baru. Tapi kalau sudah dekat, tidak ada batasan lagi," ujar Yoeka ditemui, Kamis (12/8/2024).
Sosok periang, mandiri, pekerja keras dan tidak mudah menyerah Anya, menjadi contoh bagi Yoeka, karena sangat susah mencari sosok serupa itu dari anak sebayanya.
Sifat pekerja keras Anya sudah hadir sejak ia memiliki mimpi untuk mengenyam bangku kuliah dan menopang ekonomi keluarga melalui berjualan.
Baca juga: Teka-teki Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan Mulai Terkuak: Terduga Pelaku Sering Nongkrong Dekat TKP
Anak kedua dari empat bersaudara itu sudah mulai berjualan sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
Saat di INS Kayu Tanam, Anya rela datang terlambat dan menerima hukuman demi menyiapkan barang dagangannya, dijajakan di sekolah.