"Beras ini kami bawa dari rumah, sekarang tinggal sedikit," ungkapnya.
Yoseph menuturkan, pengungsi di tempatnya enggan pergi ke posko yang didirikan pemerintah atas pertimbangan kenyamanan.
Lokasi yang mereka tempati saat ini diklaim lebih aman dari pusat erupsi.
"Abu tidak masuk sampai di sini. Daerah sini bersih, cukup jauh dengan Gunung Lewotobi Laki-laki," katanya.
Sementara itu, Kalak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Fredy Moat Aeng menuturkan, mobilisasi bahan bantuan sangat terbatas, sehingga belum bisa menjangkau pengungsi mandiri.
Pihaknya pun tengah berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Nawakote agar mengambil kebutuhan pengungsi secara langsung di posko-posko terdekat.
"Kalau bisa ada satu yang koordinir untuk bisa ambil di posko atau ke Kantor BPBD. Soalnya di Boru itu tidak ada posko," ujarnya.
Warga Ceritakan Detik-detik Meletusnya Gunung Lewotobi
Warga desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Antonius Kebang Liwu menceritakan detik-detik ngerinya erupsi Gunung Lewotobi.
Ia menuturkan, saat itu, Senin (4/11/2024) malam, sekira pukul 00.00 Wita, terjadi hujan disertai petir.
Setelah sempat berhenti sejenak, tiba-tiba ada suara gemuruh yang keras.
"Malam tepat jam 12 malam diawali dengan hujan, kilat, guntur, setelah itu berhenti sejenak. Kemudian terjadi bunyi gemuruh seperti kayak bom begitu," cerita Antonius, dikutip dari TribunFlores.com.
Baca juga: Pengungsi Letusan Gunung Lewotobi: Tolong Pak, Kami Hanya Makan Pisang & Ubi yang Dipetik di Kebun
Saat mendengar bunyi tersebut, Antonius bersama keluarganya sudah siap untuk mengungsi.
Sejumlah dokumen keluarga ikut diselamatkan bersama dengan keluarganya.
"Kita selamatkan kartu keluarga, dokumen keluarga itu, bersama anak dan istri, dengan keluarga lain kita berusaha untuk selamatkan diri," ujar Antonius.