Bau belerang yang menyengat pun tercium dan membuat Antonius menggunakan masker.
Saat keluar dari rumah, ternyata hujan tersebut disertai hujan batu.
Karena panik, ia mengajak keluarganya untuk kembali masuk ke dalam rumah.
Setelah hujan batu selesai, ia dan keluarganya keluar rumah untuk mengecek kondisi sekitar.
Dirasa aman, ia mulai menyelamatkan anak-anaknya terlebih dahulu.
Ia memboncengkan anak-anaknya menggunakan motor ke lokasi yang aman.
Kemudian, ia menghubungi keluarganya yang berada di Desa Hikong, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka untuk menjemputnya dan keluarga.
Antonius dan keluarganya yang berjumlah delapan orang kini mengungsi di Desa Hikong.
"Saat mengungsi yang dibawa saya dan keluarga hanyalah dokumen penting dan juga baju," ungkapnya.
Karena hanya membawa baju dan dokumen, ia dan keluarganya membutuhkan bantuan.
"Kita di sini sangat membutuhkan makanan, tikar, masker, dan obat-obatan," imbuhnya.
Antonius menceritakan, rumahnya rusak karena hujan batu.
"Rumah dalam kondisi rusak,"
"Mudah-mudahan pemerintah bisa peduli dengan kondisi rumah yang rusak seperti memberikan terpal,"
"Sehingga saya bisa menutup bagian yang bolong dan menyelamatkan barang-barang yang ada di dalam rumah," ujarnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunflores.com dengan judul 116 Pengungsi Mandiri Gunung Lewotobi Konsumsi Pisang dan Singkong
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunFlores.com, Paul Kabelen/Fordi Donovan/Irfan Hoi/Nofri Fuka)