Apabila pengepul tak lagi beroperasi, maka peternak yang akan menanggung kerugiannya.
Sapi terus makan, sementara susu tak ada yang bisa membelinya. Ia mengatakan, kondisi ini sebagai sebuah anomali.
Bagaimana tidak, produksi susu dari peternak baru mencapai 20 persen dari kebutuhan nasional, tetapi pabrik malah melakukan pembatasan.
Sriyono Bonggol menduga ada impor susu yang tak dibatasi pemerintah.
"Harusnya pasar sesepi apa pun, produksi lokal kita yang baru 20 persen dari kebutuhan bisa terserap semua," ucapnya.
Kondisi Susu Sudah Rusak
Koordinator aksi, Sriyono Bonggol, mengatakan pembuangan susu itu dilakukan karena berbahaya jika dikonsumsi.
"Jumlah susu sisa yang tak bisa diserap pabrik sangat banyak, sekitar 30 ribu liter per hari," ujar Sriyono.
Ia mengatakan, susu tersebut berbahaya untuk dikonsumsi apabila terjadi kerusakan.
"Kalau dibagikan, cukup berbahaya. Karena susu yang dibuang itu sisa pengiriman kemarin," jelasnya.
Guna mengurangi kerusakan pada susu, digunakan alat cooler.
"Kalau hanya jerigen, dalam perjalanan bisa rusak," tutur Sriyono.
Jika disimpan, dirinya menyebut hal itu tak memungkinkan.
Pasalnya, kapasitas penyimpanan yang terbatas di setiap tempat pengepulan.
"Padahal, setiap hari harus ngambil susu dari peternak," terangnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul: ALASAN Peternak di Boyolali Buang Susu: Kondisi Susu Sudah Rusak, Bahaya Jika Dikonsumsi Warga.
(Tribunnews.com/Deni)(TribunSolo.com/Zharfan Muhana/Tri Widodo)