Karena medan menuju Aloe Land terbilang sulit ditempuh, karang taruna kampung bertanggung jawab dari proses perparkiran bus hingga menggiring rombongan ke tempat wisata edukasi.
Tak hanya itu, karang taruna juga bertugas menyediakan kursi untuk wisatawan yang hendak melakukan kunjungan wisata.
“Jadi karang taruna dapat penghasilan dari kursi-kursinya disewa Mas Alan itu dana masuk kas. Per orangnya yang terlibat juga mendapat upah dari sekitar 1-2 jam bekerja Rp 100 ribu,” ucapnya kemudian tersenyum.
Modal Nekat Bersama Warga
Marni dan Azis hanyalah sebagian kecil masyarakat yang kecipratan berkah dengan adanya UD. Mount Vera Sejati.
Masih ada sekitar 25 karyawan, 125 petani mitra binaan, puluhan agen distributor, hingga reseller yang ikut merasakan gurihnya usaha produksi lidah buaya yang telah dirintis Alan Efendhi.
Petani mitra binaan Alan tersebar di dusun-dusun Desa Katongan, belum ditambah lubang-lubang petani kantong di Gunungkidul, Klaten, Sleman dan Kulonprogo yang dibutuhkan saat petani desanya tak mampu memenuhi permintaan.
Kemudian pasar penjualan produk lidah buaya Mount Vera Sejati terbagi ke dalam dua kategori.
Pasar paling luas yakni di setiap toko oleh-oleh di Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).
Di luar konsinyasi tersebut, pasar yang disasar adalah agen distributor di setiap kota, meliputi Jakarta, Purwokerto, hingga eks karesidenan Surakarta.
Sang pemilik Mount Vera Sejati berprinsip bagaimana usahanya dapat melibatkan dan bermanfaat bagi banyak orang, termasuk dari lapisan bawah.
Dulu, tak pernah ada dalam benak Alan Efendhi, usaha yang dimulai pada 2014 akan berkembang seperti sekarang.
Tak hanya meraup untung, UD. Mount Vera Sejati juga sukses menebar manfaat lewat program pemberdayaan bagi warga sekitar.
Terutama ibu-ibu di Dusun Jeruklegi agar mandiri dan berpenghasilan untuk mencukupi kebutuhan.
Awalnya Alan Efendi prihatin dengan kondisi tante juga ibu-ibu di dusunnya mengalami kesulitan ekonomi.