Oleh karena itu, seorang penyandang disabilitas pun juga bisa saja menjadi pelaku pelecehan seksual.
Yang pasti memiliki kemampuan untuk melancarkan siasat psikologis, baik berupa kekerasan maupun grooming behavior, maka mungkin saja melakukan kekerasan seksual.
"Maka sah sudah siapapun termasuk penyandang disabilitas mungkin saja melakukan kekerasan seksual terhadap targetnya," tandas Reza.
Belakangan muncul informasi, Agus Buntung tidak sepenuhnya merasa kesulitan saat beraktivitas.
Kabar tersebut diungkapkan pendamping korban yang juga Komisi Anti-Kekerasan Seksual NTB, Andre Saputra.
Dalam penjelasannya, Agus Buntung bisa membuka pintu kamar homestay yang digunakannya untuk melecehkan korban, meski dalam kondisi disabilitas.
Hal itu diketahui setelah salah satu korban menceritakan peristiwa itu kepada Andre.
Peristiwa itu diketahui korban saat ia dan Agus Buntung mendatangai sebuah homestay pada 7 Oktober 2023.
Agus diketahui membuka pintu kamar homestay menggunakan gigi dan mulutnya.
"Menariknya di sini, ketika masuk ke kamar, pelaku yang membukakan pintu."
"Apa yang digunakan oleh pelaku? Gigi dan mulutnya untuk membuka pintu. Jadi pelakunya produktif," ujar Andre yang juga pendamping korban, Rabu (4/12/2024), dilansir Kompas.com.
Hal lain yang juga Agus Buntung bisa lakukan adalah membuka celana korbannya menggunakan jari-jari kaki.
Selain itu, Agus Buntung juga mampu memperdaya korban dengan menjanjikan kenyamanan atau bahkan perlakuan khusus, yang membuat mereka tidak sadar bahwa mereka menjadi korban pelecehan seksual.
Hal ini menunjukkan adanya pola yang sudah terstruktur dalam setiap aksinya.
Pelaku juga berulang kali melakukan pelecehan seksual di lokasi yang sama, dan sudah mengincar korban dengan taktik manipulasi yang cerdas.
Agus Buntung memanfaatkan korban yang kondisi psikologisnya sedang galau.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Endra Kurniawan/Theresia Felisiani/Willy Widianto)(Kompas.com)