Ia juga menjelaskan, aksi penyiraman ini sudah disiapkan oleh pelaku dengan matang.
"Saat itu korban masih nangis dan bisa diajak komunikasi sedikit-sedikit."
"Jadi, kemudian setelah kita mendapatkan data dari korban. Kita bisa mengarah ke pelaku," kata dia.
Pelaku B alias Billy ini disebut sempat tak mengakui perbuatannya.
Kepada polisi, B mengaku memiliki dua HP dan salah satunya hilang beberapa hari sebelum kejadian.
Ternyata, ponsel tersebut dibuang oleh B.
"Dia membuang ponsel-nya itu. Ponsel-nya itu dibuang di sebelah gudang. Namun, setelah kita lakukan pengejaran, kita dapatkan HP dan kita temukanlah di HP itu komunikasi dia dengan eksekutor," katanya.
Dari ponsel tersebut, ditemukanlah percakapan antara Billy dan S alias Satim.
"Malam itu, walaupun eksekutornya ini juga sulit untuk ditemui, kami dari tim unit enam resmob, bisa mengamankan si S ini," kata Probo, dikutip dari Kompas.com.
Ia menambahkan, air keras yang digunakan untuk menyiram korban dibeli oleh S.
"Jadi, karena si S ini kan minta uang operasional kepada si B, akhirnya diberi sampai enam kali itu Rp 200.000, Rp 300.000, ada Rp 400.000, yang nilainya totalnya Rp 1,6 juta."
Baca juga: Otak Penyiraman Mahasiswi di Yogyakarta Sempat Nyamar Jadi Perempuan, Cari Eksekutor Lewat FB
"Dia yang beli (S). Dia belinya di daerah Malioboro, di salah satu toko kimia. Dia belinya 1 liter," katanya.
Saat S beraksi, air keras tersebut juga mengenai jarinya hingga melepuh.
"Kemudian waktu dia nyiramkan itu, dia kena sininya, kena tetesan air juga. Air keras. Makanya tersangka itu sininya (ibu jari) melepuh. Jari-jari ini, di jempol ini," bebernya.