Peristiwa ini dikenal dengan nama a'dham atau rashdul qiblah, yaitu waktu matahari di atas Kabah di mana bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat.
"Saat itu, bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus, di mana saja, akan mengarah lurus ke Kabah," ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama, Agus Salim, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/5/2020).
Agus mengatakan, rashdul qiblah atau a’dham adalah momen yang tepat untuk mengecek arah kiblat salat umat Muslim, yakni dengan menyesuaikan sudut arah kiblat dengan arah bayang-bayang benda saat rashdul qiblah.
Arah kiblat adalah salah satu prasyarat dalam menjalankan ibadah salat.
Sebab syarat sah dalam menunaikan kewajiban bagi umat Islam ialah berdiri menghadap kiblat.
Bagi mereka yang tinggal di Mekkah, tidak terlalu sulit untuk menentukan arah kiblat, sebab di situlah letak Kabah berada.
Dipaparkan oleh BMKG, berdasarkan data astronomi, pada saat fenomena alam a’dham atau rashdul qiblah terjadi, posisi lintang Kabah yang lebih kecil dari nilai deklinasi (sudut) maksimum matahari.
Hal ini menyebabkan matahari dapat melewati Ka’bah sehingga pengukuran arah kiblat akan lebih akurat jika dibandingkan dengan metode lain, seperti menggunakan kompas atau GPS.
Untuk mengecek kembali arah kiblat dapat menggunakan sebuah batang.
"Kita bisa mencoba mengukur dengan menancapkan tiang pada permukaan tanah yang datar."
"Kalau misalkan ada bayangan, maka dari bayangan tiang itu sampai ke tiang adalah arah kiblatnya," kata Kepala Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Hendra Suwarta, Selasa (26/5/2020).
"Jadi kalau tiang kita tancapkan, kemudian ada bayangan berkat sinar matahari. Nah, dari titik bayangan yang di tanah itu sampai ke tiang, itulah arah kiblat kita. Itu yang tepat," katanya lebih lanjut.
Jika arah kiblat yang ditentukan dari arah bayangan tiang tersebut berbeda dengan arah kiblat di masjid, maka masyarakat, cukup memiringkan arah sajadah sesuai dengan arah yang ditentukan dari bayangan tersebut.
"Jadi kalau memang ada penyimpangan agak melenceng sedikit, masjidnya, bukan berarti masjidnya harus dirobohkan. Tidak. Hanya sajadah saja dimiringkan dengan kondisi bayangan yang kita lihat besok itu," katanya.