Menurut kajian dari NASA, potensi meningkatnya pasang maksimum air laut ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di pantai-pantai di Amerika.
“Ini (siklus nodal) akan meningkatkan banjir pasang. Ini perlu diwaspadai pantai di Indonesia, khususnya pantai utara yang pantainya landai,” ujarnya.
Lebih mengkhawatirkan lagi, jika kondisi siklus nodal bulan ini terjadi dengan kombinasi adanya efek atau dampak dari pemanasan global yang belum bisa diketahui bagaimana kondisinya di tahun 2034 mendatang.
3. Penurunan permukaan tanah
Faktor pemicu terjadinya banjir rob semakin sering dan semakin tinggi berikutnya adalah penurunan permukaan tanah wilayah pantai (land subsidence).
Berdasarkan teknologi penginderaan jauh atau data satelit Synthetic Aperture Radar (SAR) yang dimiliki oleh LAPAN BRIN, telah mengamati perubahan lingkungan termasuk land subsidence.
Informasi pemantauan land subsidence atau penurunan tanah di enam wilayah di Indonesia cukup mengejutkan.
DKI Jakarta, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Pekalongan, Kota Semarang, dan Kota Surabaya menunjukkan variasi penurunan rata-rata permukaan tanah yang berbeda-beda.
Berdasarkan perhitungan laju rata-rata land subsidence atau penurunan permukaan tanah selama periode 2015-2022 dapat diperoleh hasil pengukuran di beberapa wilayah sebagai berikut.
- DKI Jakarta berkisar antara 0,1 - 8 cm per tahun
- Kota Bandung berkisar antara 0,1 hingga 4,3 cm per tahun
- Kota Cirebon berkisar antara 0,28 - 4 cm per tahun
- Kota Pekalongan berkisar antara 2,1 - 11 cm per tahun
- Kota Semarang berkisar antara 0,9 - 6 cm per tahun