Berikut lima fakta terbaru setelah amblesnya Jalan Gubeng di Surabaya. Sempat kembali terjadi longsor hingga penjelasan dari BMKG.
TRIBUNNEWS.COM - Sebagian badan Jalan Raya Gubeng, Surabaya, tiba-tiba ambles pada Selasa (17/12/2018) sekitar pukul 22.00 WIB.
Jalan Gubeng yang ambles berada sekitar toko tas Elizabeth, Bank Negara Indonesia, dan kantor harian Kompas yang berada di jalan yang sama.
Jalan dilaporkan ambles dengan kedalaman kurang lebih 15 meter dan lebar sekitar 50 meter.
Beruntung tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Baca: Video: Penampakan Jalan Gubeng Surabaya Ambles Dilihat dari Udara Menggunakan Drone
Baca: Penampakan Sebelum dan Sesudah Amblesnya Jalan Gubeng yang Bersebelahan dengan Proyek RS Siloam
Baca: Proses Evakuasi Jalan Gubeng Surabaya Terus Dilakukan, Berikut 8 Potret Kondisi Terkininya
Hingga Kamis (20/12/2018) hari ini, polisi terus menyelidiki dan memeriksa sejumlah saksi untuk mencari siapa yang harus bertanggung jawab dalam kasus tersebut.
Para insinyur di Surabaya pun segera turun tangan untuk menelisik penyebab amblesnya badan Jalan Raya Gubeng tersebut.
Berikut sederet fakta terbaru pasca amblesnya Jalan Gubeng di Surabaya yang dihimpun Tribunnews.com dari berbagai sumber.
1. Polisi periksa 34 saksi
Saat ini, polisi telah memeriksa 34 saksi, yang terdiri dari pekerja proyek, kontraktor, dan pekerja lapangan terkait pembangunan basement RS Siloam Surabaya.
Dikutip dari Surya, Kapolda Jatim, Irjen Pol Luki Hermawan mengatakan, pihaknya sudah mendapat keterangan dari 29 orang pekerja proyek.
"Awalnya 11 kemudian kamikembangkan sebanyak 34 saksi dari berbagai macam profesi," kata Luki Hermawan di sekitar lokasi Jalan Gubeng Surabaya ambles, Kamis (20/12/2018).
Baca: Polisi Masih Periksa 34 Saksi, Belum Ada Tersangka Kasus Amblesnya Jalan Gubeng
2. Polisi sebut ada dugaan kesalahan teknis
Kapolda Jatim, Irjen Pol Luki Hermawan menyatakan, ada dugaan kuat kesalahan teknis pembangunan basement RS Siloam menjadi penyebab Jalan Gubeng Surabaya ambles.
"Dugaan kesalahan teknis akibat pembangunan rumah sakit, yang mana membangun tiga lantai ke bawah dan ada rencana pembangunan mall dari 11 tambahan 26 lantai," ujarnya.
Luki menuturkan, pihaknya masih akan mendalami administrasi perizinan proyek dan UU kontruksi bangunan.
"Beberapa dugaan kuat mengarah ke pengerjakan itu," kata Luki.
Baca: Polri Periksa 5 Pekerja Lapangan dan 3 Saksi terkait Amblesnya Jalan Gubeng Surabaya
3. Wali Kota Risma tinjau lokasi meski sakit
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini akhirnya meninjau lokasi amblesnya badan Jalan Gubeng, Surabaya, Kamis (20/12/2018) hari ini.
Sebelumnya, orang nomor satu di Surabaya itu tak tampak saat musibah jalan ambles terjadi di wilayahnya karena sedang sakit.
M Fikser, Humas Pemkot Surabaya menjelaskan, kondisi Wali Kota Risma sedang sakit di bagian kaki, setelah sidak banjir beberapa waktu lalu.
Karena kondisinya itu, Wali Kota Risma keluar mobil dan jalan dengan dibantu ajudan tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Baca: Wali Kota Risma Tak Tampak Saat Jalan Gubeng Ambles, Ternyata Ini Penyebabnya
4. Sempat longsor dua kali
Kabid Pembinaan Operasional Damkar Kota Surabaya, Bambang Vistadi, menceritakan Jalan Gubeng Surabaya sempat longsor dua kali.
Yaitu, sebelum petugas Damkar tiba dan terakhir saat tim Damkar melakukan pengecekan di lubang ambles untuk evakuasi, Selasa (18/12/2018).
"Tiba-tiba saat pencarian, bagian jalan di sisi selatan bergerak dan longsor lagi. Akhirnya kami putuskan untuk naik," jelas Bambang dikutip dari Tribun Jatim.
Bambang mengatakan, konstruksi tanah longsor lagi karena bagian tanah terus terkena air pipa PDAM yang terputus.
"Makanya saluran air tadi kan ditutup," katanya.
5. Penjelasan BMKG
Pusat Kepala Pusat Informasi Gempa Bumi dan tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, agar warga tidak panik dan resah terkait amblesnya badan Jalan Gubeng, Surabaya.
Sebab, amblesnya badan jalan imi bukan peristiwa likuefaksi.
"Berdasarkan pengamatan, amblesan tanah yang terjadi dengan kedalaman sekitar 30 meter dan lebar 8 meter ini merupakan peristiwa amblesan tanah."
"Bukan peristiwa likuefaksi yang banyak dikabarkan karena tidak ada fenomena mencairnya material tanah di lokasi kejadian," ujar Triyono melalui siaran pers, Kamis (20/12/2018).
Berdasarkan hasil analisis gelombang seismik (kegempaan) yang tercatat, peristiwa amblesan tanah ini juga bukan akibat oleh gempa bumi (aktivitas tektonik) seperti yang beredar di media sosial.
Catatan kegempaan tidak menunjukkan adanya mekanisme pergeseran batuan.
Sensor kegempaan mencatat hanya satu sensor di lokasi terdekat amblesan tanah sehingga ini dikategorikan sebagai aktivitas lokal.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)