Aktivitas Terbaru Gunung Anak Krakatau,Keluarkan 58 kali Gempa Letusan Hingga 42 Kali Gempa Hembusan
TRIBUNNEWS.COM - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan kabar perkembangan terbaru aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) dari Minggu (6/1/2019) kemarin hingga Senin (7/1/2019) pagi tadi.
Gunung Anak Krakatau (110 mdpl) yang terletak di Lampung Selatan, Lampung saat ini berada dalam tingkat aktivitaslevel III (Siaga).
PVMBG pun mengeluarkan laporan aktivitas terbaru Gunung Anak Krakatau.
Laporan terbaru aktivitas Gunung Anak Krakatau tersebut dikeluarkan PVMBG pada Senin (7/1/2019) pagi tadi sekitra pukul 06.00 WIB.
Baca: BMKG Mencatat Tiga Gempa di Wilayah Indonesia, Gempa Terbesar Terjadi di Halmahera Barat
Dari laporan tersebut tercatat bahwa Gunung Anak Krakatau hingga kini masih terus alami erupsi.
Bahkan Gunung Anak Krakatau tersebut juga tercatat mengalami 58 kali Gempa Letusan.
Selain hal tersebut Gunung Anak Krakatau juga mengalamai 42 kali gempa Hembusan semenjak Minggu 6 januri hingga Senin 7 Janurai 2019, pada pukul 06.00 WIB.
"Dari kemarin hingga pagi ini visual gunungapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah teramati dengan tinggi sekitar 1000 meter dari puncak berwarna putih - kelabu. Angin bertiup sedang ke arah timurlaut dan timur." tulis dalam website resmi vsi.esdm.go.id..
Berdasarkan kondisi tersebut, PVMBG merekomendasikan:
1. Masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radisu 5 kilometer dari kawah.
Yaitu di dalam kompleks Gunung Krakatau yang dibatasi oleh Pulau Rakata, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang.
2. Masyarakat agar menyiapkan masker untuk mengantisipasi jika terjadi hujan abu.
Untuk diketahui mengutip dari TribunLampung Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) Pada Sabtu (5/1/2019) di Selat Sunda kembali teramati mengeluarkan lava pijar dari kawahnya yang terpantau dari CCTV pos Sertung pada malam hari.
Petugas Pos Pantau GAK di Desa Hartopancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Suwarno mengatakan, sejak pukul 00.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB, Sabtu (5/1/2019) gunung api yang berada di Selat Sunda itu dari data Magma VAR teramati mengeluarkan gempa letusan dengan amplitudo 17-28 mm dan durasi 45-108 detik.
"Untuk gempa embusan tercatat sebanyak 9 kali dengan amplitudo 10-22 dan durasi 45-87 detik," kata dia.
Masih teramati adanya gempa tremor menerus (mikrotremor) dengan amplitudo 2-12 mm (dominan 7 mm). Dan tidak terdengar suara dentuman.
"Untuk status GAK masih pada level III Siaga. Dimana para pengunjung/nelayan dilarang mendekati kawasan gunung api dalam radius 5 kilometer," terang Suwarno.
GAK merupakan gunung api yang tumbuh di lokasi bekas letusan dahsyat Krakatau pada 1883 silam. Gunung api ini mulai muncul ke permukaan laut sejak tahun 1930
Baca: Siapa Napi yang Dikirimi Video Syur Mantan Polwan Brigpol DS? Kalapas Way Gelang Ungkap Identitasnya
Sejak saat itu GAK terus tumbuh. Selama kurun waktu 88 tahun kehadirannya, GAK terus menunjukkan fluktuasi aktivitas vulkaniknya.
Sebelum mengalami erupsi hebat pada Sabtu (22/12/2018) lalu yang memicu tsunami Selat Sunda, GAK sudah beberapa kali mengalami peningkatan aktivitas vulcanik.
Tercatat terakhir GAK sempat mengalami erupsi cukup hebat pada bulan September 2012. Dimana semburan debu vulkanik GAK sempat membuat heboh warga Bandar Lampung dan Pesawaran.
Pada tahun 2018 ini, GAK Mulai menunjukan peningkatan aktivitasnya sejak bulan Juni lalu.
Aktivitas gunung api di Selat Sunda ini terus mengalami pasang surut.
Baca: Bambang Widjojanto dan Adnan Topan Husodo Dicoret dari Daftar Panelis Debat Pilpres
Puncaknya terjadi pada Sabtu (22/12/2018) lalu adanya longsoran matrial ke laut yang memicu terjadinya stunsami Selat Sunda.
Pasca erupsi pada pekan lalu, GAK yang semula memiliki ketinggian 338 mdpl (meter dari permukaan laut). Kini mengalami pengurangan ketinggian 2/3 badannya.
Saat ini ketinggian gunung api tersebut hanya 110 mdpl.
(Tribunnews.com/ Umar Agus W)