Banyak guru menyalahkan penggunaan smartphone atas permasalahan ini.
Anak-anak biasa pergi keluar selama istirahat makan siang dan melakukan kegiatan fisik dan sosialisasi.
Antara 2010 dan 2016, jumlah remaja yang mengalami depresi besar tumbuh sebesar 60%, menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS.
Bunuh diri juga meningkat secara signifikan di antara anak-anak usia 10 hingga 19 selama waktu itu.
"Peningkatan ini sangat besar, mungkin belum pernah terjadi sebelumnya," jelas Prof. Jean Twenge dari San Diego State University.
Dia telah menemukan bahwa sejak 2010, remaja yang lebih banyak menggunakan smartphone dan teknologi lainnya lebih cenderung memiliki masalah kesehatan mental.
Baca: Jari Wanita Ini Mendadak Lumpuh Gara-gara Keasyikan Main Game di Smartphone Sampai Berhari-hari
5. Menyebabkan kecanduan
Para penelit menemukan interaksi cepat yang dinikmati remaja di smartphone mereka membanjiri otak mereka dengan zat kimia saraf seperti dopamin, yang memicu perasaan euforia.
Ini juga dapat berkontribusi pada kecanduan.
Ketika anak-anak belajar untuk bergantung pada kepuasan yang mereka rasakan ketika mereka menggunakan smartphone.
Begitu kecanduan berkembang, remaja (dan lainnya) dapat mengalami perasaan marah, depresi, kelelahan dan gangguan ketika mereka tidak menggunakan smartphone.
(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)