"Kata orangtuanya memang putus cinta. Dan, katanya ceweknya diterima polwan, kata bapaknya tadi," beber Djino.
Djino menambahkan, setelah itu Tyas tidak pernah bertemu lagi dengan sang pujaan hati.
Sementara itu, mengutip dari percakapan Asnawi dengan salah satu dosen Itera, terungkap bahwa Tyas adalah anak pendiam.
"Anak pertama. Anaknya memang pendiam," kata Asnawi dengan suara lirih.
Saat disinggung apakah korban ada masalah asmara, Asnawi mengaku tak tahu.
Namun, ia membenarkan bahwa sang anak menjalin hubungan dengan seorang perempuan yang saat ini menjalani pendidikan di polwan.
"Tapi memang dia punya pacar masuk polwan. Dia (Tyas) sukanya (terlalu) mendalam," katanya.
Setelah pacarnya masuk polwan, komunikasi di antara keduanya langsung terputus.
"Kemudian gak ada komunikasi. Dengan keluarga juga. Masih lanjut? Gak tahu. Tapi, kata temennya sudah putus," tandas Asnawi.
5. Bukannya mencegah, sejumlah orang justru merekam detik-detik bunuh diri
Mengutip Kompas.com, detik-detik bunuh diri di Transmart Lampung sempat direkam video oleh seseorang dari dalam mobilnya dan terdengar suara si perekam tertawa-tertawa sambil mengatakan "Loncat, loncat".
Dalam rekaman tersebut, sejumlah suara perempuan sempat berteriak, "Kan dia loncat beneran, pas gue lagi midioin. Kan gara-gara ngejerit dia loncat beneran," kata sumber suara dalam rekaman yang beredar itu.
Heni, salah satu saksi mata mengatakan, ia sudah berupaya minta pertolongan pada petugas keamanan swalayan tersebut.
Bahkan ia meminta pegawai toko untuk menyediakan matras-matras dagangannya agar korban bisa diselamatkan.
Sayangnya upaya tersebut tidak membuat orang sekitarnya segera bergerak.
"Bahkan saya melihat dari atas itu juga ada laki-laki yang berpakaian hitam, saya pikir dia bernegosisasi (dengan korban) supaya tidak bunuh diri tetapi malah ikutan mengambil gambar," kata Heni kepada Kompas.com, Jumat (22/2/2019).
Yang paling memprihatinkan, menurutnya lagi, setelah korban betul-betul terjatuh, tubuhnya langsung ditutup kardus.
"Ada seorang lelaki juga mengkomandoi untuk cari koran, cari kardus seraya mengatakan jangan disentuh, kita tunggu polisi," katanya lagi.
Heni sangat menyayangkan kejadian tersebut justru tidak menimbulkan empati orang yang melihatnya.
"Mereka sibuk untuk mendokumentasikannya bahkan menyebarkan di sosial media," tuturnya lagi.
Heni menyesal tidak bisa menolong korban dan tidak bisa menggerakkan orang lain untuk menolong.
(Tribunnews.com/Daryono)