"Sungguh menakjubkan melihat bagaimana negara dan masyarakat telah berasatu, benar-benar membuat saya terpukau," kata Imam.
Ketika ia turun dari pesawat pada Jumat pagi, dia melihat seseorang memegang tanda yang bertuliskan 'jenaza', yang menunjukkan doa pemakaman Muslim.
Dia juga mengatakan bahwa ada orang lain yang menawarkan tumpangan gratis untuk menuju lokasi beribadah.
"Saat saya mendarat di Christchurch, saya bisa merasakan cinta di sini. Saya tidak pernah merasa lebih bangga menjadi seorang Muslim dalam hal ini. Ini membuat saya benar-benar bahagia bisa mengatakan bahwa saya adalah orang Selandia Baru," kata Imam.
Dia menyebutnya sureal melihat masjid tempat ia dulu beribadah dikelilingi bunga.
Di antara orang-orang yang menghadiri salat Jumat adalah Samier Dandan, presiden Asosiasi Muslim Lebanon di Sydney dan bagian dari delegasi 15 pemimpin Muslim yang terbang ke Christchurch.
"Itu adalah tindakan terorisme buruk yang terjadi di kota yang indah dan damai," kata Dandan.
Dia mengatakan rasa sakitnya tidak bisa dibandingkan dengan keluarga yang kehilangan orang yang dicintainya.
Danda merasa terinspirasi oleh ketangguhan mereka.
"Dan saya harus memberikan semua rasa hormat saya kepada Perdana Menteri Selandia Baru, dengan posisi dan tindakannya, dan itu berbicara keras," katanya.
Ismat Fatimah (46) mengatakan dirinya sedih melihat Masjid Al Noor yang masih dikelilingi oleh barikade konstruksi, petugas polisi bersenjata dan gundukan besar bunga dan pesan.
"Kami merasa lebih kuat dari sebelumnya dan kami adalah satu," katanya.
Dia berkata bahwa dia berdoa untuk orang-orang yang meninggal.
"Saya hanya membayangkan apa yang terjadi pada Jumat lalu itu," katanya.