TRIBUNNEWS.COM - Perbincangan singkat Aditya Tumbuan, putra Rima Melati dan mendiang Frans Tumbuan sebelum sang ibu berpulang.
Detik-detik terakhir Rima Melati meninggal dunia diceritakan oleh sang putra, Aditya Tumbuan.
Aditya Tumbuan berada di sisi Rima Melati hingga napas terakhirnya.
Meski berat, Aditya Tumbuan meminta sang ibu untuk pergi secara tenang dan mengikhlaskannya.
Dirinya meminta ibunya pergi jika memang sudah tidak kuat.
Baca juga: Riwayat Penyakit Rima Melati, Alami Demam Tinggi hingga Dilarikan ke RS, Ginjalnya Pun Bermasalah
Aditya lantas meminta maaf dan berlapang dada demi jalan terbaik bagi Rima Melati.
"Saya berada di sisi ibu. Saya sempat ngobrol dan minta maaf. Saya bilang 'kalau memang sudah tidak kuat atau mama merasa sakit, kita semua sudah ikhlas', Kita semua berlapang dada kalau ini yang terbaik buat Mama," kenang Aditya, dikutip Tribunnews dari Wartakota, Jumat (24/6/2022).
Tak lama setelah keikhlasan Aditya melepas ibunya, kondisi Rima Melati terus menurun.
Ternyata Rima mengalami gagal jantung.
"Dokter dan perawat langsung lari, terus bilang ke saya 'Ibu gagal jantung'. Akhirnya dilakukan pertolongan pertama," terangnya.
Di titik itu, Aditya semakin ikhlas.
Ia pun yakin Rima Melati akan meninggal dunia.
"Saya harus tegar karena memang itu yang ibu saya mau. Kita semua harus mengikhlaskannya. Saya dan istri percaya, kehidupan yang di sana jauh lebih baik daripada di sini. Tuhan lebih sayang ibu, daripada ketika masih di sini," pungkas Aditya.
Sementara itu, Rima Melati rencananya akan dikuburkan Minggu (26/6/2022) di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Ia akan dimakamkan satu liang lahat bersama sang ibu.
Rima Melati Tak Dimakamkan Satu Liang dengan Frans Tumbuan
Putra Rima Melati, Aditya Tumbuan mengungkapkan bahwa mendiang ibundanya akan dikuburkan satu liang lahat dengan orangtuanya.
Mulanya, Rima Melati akan dikebumikan di atas kuburan suaminya, Frans Tumbuan. Tetapi, karena sudah menumpuk akhirnya tidak jadi.
Maka, Rima Melati akan dikuburkan satu liang lahat dengan mendiang ibundanya.
"Jadi memang rencananya tadinya ditaro di atas almarhum bapak Frans tapi karena sudah menumpuk 3 jadi di bawah sudah ada ibu bapaknya almarhum," kata Aditya di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Kamis (23/6/2022) malam.
"Tidak bisa yang keempat gitu. Jadi sepertinya akan dikuburkan di atas ibunya mama Rima, yang lokasinya tidak jauh dari situ. Cukup dekat," tambahnya.
Lebih lanjut, Aditya belum bisa memastikan kapan dan di mana mendiang Rima Melati akan dimakamkan.
Sebab, dia masih mendiskusikannya dengan pihak keluarga.
Terlebih, adiknya kini masih di Jerman dan menunggu kehadirannya.
"Untuk kepastian kapan akan di makamkan dan di mana itu belum ada kesepakatan, kemungkinan besar besok akan dipastikan, menunggu adik saya yang di Jerman, lagi cari tiket untuk pulang," ujar Aditya.
"Kemungkinan besar hari Minggu di tanah kusir, belum tahu jamnya, mohon bersabar, nanti pasti ada informasi dari pihak keluarga," tambahnya.
Profil Rima Melati, Nama Diberikan Presiden Soekarno
Rima Melati lahir di Tondano, Sulawesi Utara, 22 Agustus 1939 dari keturunan Belanda dan Minahasa.
Nama Rima Melati sebenarnya merupakan pemberian Soekarno.
Nama aslinya adalah Marjolien Tambajong atau Lientje Tambajong.
Sekitar awal 1960-an Bung Karno suka mengganti nama orang yang dikenalnya, yang dirasa kebarat-baratan.
Ibunya, Non Kawilarang adalah seorang perancang dan perintis dunia mode Indonesia.
Ketika di bangku SD Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Rima Melati pernah satu kelas dengan mantan Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid.
Nama Rima Melati, diperoleh dari pemberian Presiden Soekarno.
Saat itu, sekitar awal 1960-an Bung Karno sering mengganti nama orang yang dirasa kebarat-baratan.
Nama Rima sebenarnya akan diberikan Lientje kepada anak yang sedang dikandungnya.
Pada saat itu Marjolien yang sedang mengandung anak kedua, ingin memberi nama Rima Melati kepada si anak jika perempuan.
Ia diilhami tokoh Rima the Bad Girl dalam film Green Mansions (1959) yang diperani Audrey Hepburn.
Sayang, janin itu meninggal sebelum dilahirkan.
Lientje yang terpukul, menceritakan peristiwa itu kepada Bung Karno, sekaligus mengutarakan keinginannya untuk mengambil alih nama Rima, dikombinasi dengan "Melati".
Baca juga: Kabar Duka, Artis Senior Rima Melati Meninggal Dunia
Rima Melati pernah meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia tahun 1973 kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Intan Berduri bersama Benyamin Sueb yang memperoleh penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film yang sama.
Pada kesempatan lain Rima pernah juga dinominasikan untuk penghargaan Pemeran Pembantu Wanita terbaik di beberapa Festival Film Indonesia yaitu dalam film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat) (1989).
Selain itu. pada ajang Festival Film Asia Pasifik ke-50, Rima Melati meraih penghargaan Best Supporting Actress dalam film Ungu Violet.
Rima juga sempat aktif berperan dalam sinetron seperti Wulan (RCTI), Kabut Sutera Ungu (Indosiar), Nyonya Nyonya Sosialita/Laba-Laba Cinta (Indosiar) dan Candy (RCTI).
Selain itu, Rima Melati juga dikenal sebagai sutradara televisi yang salah satu karyanya adalah Api Cinta Antonio Blanco.
(Tribunnews.com/Salma/Alivio)