Kelebihan ini sudah pernah dimanfaatkan Mikel Arteta di musim lalu. Odegaard bisa dipasang sendirian sebagai playmaker.
Ia juga bisa bermain berdampingan dengan Emile Smith Rowe sebagai gelandang serang dengan baik.
Contoh paling nyata adalah saat petandingan menghadapi Tottenham Hotspurs kemarin.
Smith Rowe yang bermain di posisi penyerang kiri, seringkali merangsek ke lini tengah untuk menjadi jembatan aliran bola Arsenal dari tengah ke depan.
Kerja samanya bersama Odegaard acapkali memporak porandakan pertahanan Tottenham Hotspur.
Pergerakannya juga sangat impresif, ia menjadi kreator terciptanya gol Aubameyang.
Menjemput bola ke tengah, Smith Rowe kemudian berlali ke sisi kiri untuk mendapatkan bola trobosan dari Aubameyang.
Berlari lebih cepat dari bek kanan Spurs, Tanganga, Smith Rowe kemudian memberi umpan tarik kepada Aubameyang.
Umpan manis Smith Rowe pun mampu diselesaikan dengan baik oleh striker asal Gabon tersebut.
Smith Rowe juga bisa bermain dengan bagus saat dirinya berada dalam tekanan, pengambilan keputusannya dalam berlari dan kepekaan posisinya berada di level yang tinggi.
Kejelian Arteta dalam memanfaatkan kelebihan dua pemain mudanya tersebut patut diapresiasi.
Arteta perlahan juga mampu membuat struktur serangan Arsenal lebih tertata, penempatan posisi pemain juga lebih jelas.
Implementasi permainan "Arteta Ball" yang diusungnya mulai menemukan titik cerah.
Odegaard dan Smith Rowe nampaknya akan menjadi tulang punggung Arteta dalam skema 4-2-3-1 miliknya.