"Rasanya seperti orang dimasukkan ke dalam tabung kecil dengan lubang kecil, dan kemudian mereka dihisap," kata penonton Ahmad Rizal Habibi, 29 tahun yang berhasil selamat.
Polisi menyebut insiden itu sebagai kerusuhan dan mengatakan dua petugas tewas, tetapi korban yang selamat menyebut Polisi telah bereaksi berlebihan dan menyebabkan kematian sejumlah penonton.
"Salah satu pesan kami adalah agar pihak berwenang menyelidiki ini secara menyeluruh. Dan kami ingin pertanggungjawaban. Siapa yang harus disalahkan?" kata Andika, warga Malang berusia 25 tahun.
"Tempat itu tampak seperti kuburan massal. Perempuan dan anak-anak bertumpuk satu sama lain," kata Eko Prianto, 39, kepada AFP.
Dalam pidato langsung yang penuh air mata, Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana meminta maaf atas tragedi tersebut.
“Saya selaku presiden Arema FC akan bertanggung jawab penuh atas kejadian yang terjadi,” ujarnya.
Grafiti yang dioleskan di dinding stadion mengungkapkan kemarahan terhadap pihak berwenang.
"Saudara-saudara saya terbunuh. Selidiki secara menyeluruh," demikian bunyi salah satu pesan yang tertulis di jendela stadion, disertai pita hitam dan tanggal terjadinya bencana.
Presiden Indonesia Joko Widodo memerintahkan kompensasi untuk keluarga para korban masing-masing sebesar Rp 50 juta.
Mahfud mengatakan, satgas investigasi itu akan terdiri dari pejabat pemerintah dan sepak bola, akademisi, dan awak media.
Dia mengatakan penyelidikan akan diselesaikan dalam dua atau tiga minggu ke depan.
Kekerasan penggemar sepak bola adalah masalah abadi di Indonesia.
Saksi mata mengatakan pendukung tim tuan rumah menyerbu lapangan setelah kalah dari Persebaya Surabaya.
Suporter Persebaya Surabaya dilarang hadir karena takut terjadi kerusuhan.