Kemenangan tipis itu memastikan The Toffees bertahan di Liga Primer.
Gol di menit ke-57 itu bermula dari kemelut di mulut gawang.
Mengantisipasi bola lambung ke areanya, bek Bournemouth, Marcos Senesi menyundul bola untuk membuangnya.
Sialnya, bola justru mengarah ke arah Doucoure yang ada di luar kotak penalti. Tanpa membuang waktu, dia langsung menendang bola sekuat tenaga dengan kaki kanan.
Bola meluncur deras, dan kiper Mark Travers yang pandangannya terhalang para bek, hanya bisa melongo melihat bola melesak ke gawang.
Upaya sang kiper yang tampil fantastis dengan melakukan lima penyelematan sebelumnya, menjadi sia-sia.
Tanpa gol Doucoure, Everton niscaya akan terdegradasi ke Liga Championship.
Sebuah bencana terburuk yang tak pernah mereka alami setelah 69 tahun bertahan di liga elite ini.
Pasalnya, di laga yang lain, pesaing Everton, Leicester City mengalahkan West Ham 2-1.
Andai The Toffees hanya imbang, maka mereka akan terbawa pusaran degradasi bersama Southampton, dan Leeds United.
Soton yang sudah lebih dulu terdegradasi tampil habis-habisan menahan Liverpool 4-4, sementara Leeds dipermak Tottenham Hotspur 1-4.
Untungnya, Doucoure memecahkan kebuntuan Everton dengan gol spektakulernya.
Mereka pun menutp musim di peringkat 17 dengan 36 poin, hanya terpaut dua poin dari Leicester di peringkat 18.
The Toffees berhasil mempertahankan kehormatan untuk tak pernah terdegradasi sejak 1951.
Namun, Doucoure tak mau pujian berlebihan. Gelandang asal Mali berusia 30 tahun ini tak ingin diglorifikasi sebagai penyelamat tim.