News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Badai PHK

Berikut Daftar Perusahaan Teknologi Mengalami Badai PHK, Amazon, Twitter, Microsoft Hingga Stripe

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Amazon. Beberapa perusahaan teknologi secara global telah mengumumkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam beberapa bulan terakhir, setelah para ahli menyampaikan ancaman resesi ringan di tahun depan.

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Beberapa perusahaan teknologi secara global telah mengumumkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam beberapa bulan terakhir, setelah para ahli menyampaikan adanya ancaman resesi pada tahun depan.

Gelombang PHK yang terjadi di beberapa perusahaan teknologi, menjadikan tahun ini sebagai salah satu tahun terburuk di industri teknologi. Induk Facebook, Meta Platforms, baru-baru ini memberhentikan 11.000 karyawan, sementara perusahaan media sosial Twitter memangkas hampir 50 persen stafnya bulan ini.

Namun kedua perusahaan ini tidak sendirian, beberapa perusahaan teknologi telah mengambil langkah serupa untuk menurunkan biaya dan menghasilkan keuntungan dalam beberapa bulan mendatang.

Baca juga: Cegah PHK, Asosiasi Persepatuan Indonesia Minta Pemerintah Berikan Kelonggaran Soal Pemberian Gaji

Melansir dari Zee News, berikut daftar perusahaan teknologi besar yang mengumumkan PHK tahun ini :

1. Amazon

Perusahaan teknologi Amazon pada Selasa (15/11/2022) dilaporkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atas 10.000 karyawannya, menyusul langkah serupa yang dilakukan Meta Platforms Inc. dan Twitter.

Melansir dari Tribunnews, jumlah karyawan yang terdampak pemecatan tersebut akan mewakili 3 persen dari jajaran anggota perusahaan dan 1 persen dari keseluruhan tenaga kerjanya yang kini mencapai lebih dari 1,5 juta orang.

Namun menurut informasi yang beredar, nantinya pemecatan yang akan dilakukan Amazon akan berfokus pada divisi perangkat lunak termasuk voice assistant Alexa dan divisi ritel.

Pemecatan ini dilakukan di tengah ketidakpastian ekonomi akibat penurunan tajam pada pendapatan Amazon.

2. Twitter: sekitar 3.700 karyawan

Tidak lama setelah Elon Musk membeli Twitter senilai 44 miliar dolar AS pada akhir bulan lalu, miliarder AS ini memangkas sekitar 3.700 karyawan atau hampir 50 persen karyawan perusahaan media sosial itu.

Dalam sebuah postingan pada 4 November, Musk mengatakan “tidak ada pilihan” selain memberhentikan karyawan, menambahkan bahwa mereka ditawari pesangon selama tiga bulan.

Musk mengatakan PHK terjadi karena Twitter merugi lebih dari 4 juta dolar AS per hari. Pada kuartal kedua tahun ini, terakhir kali Twitter melaporkan pendapatan perusahaan, pendapatannya turun 1 persen dari tahun sebelumnya.

3. Meta: sekitar 11.000 karyawan

CEO raksasa teknologi Meta Platforms Inc Mark Zuckerberg dalam sebuah surat internal mengumumkan pemangkasan 11.000 karyawan secara global di berbagai divisi perusahaan, di tengah pendapatan yang goyah dan kerugian tak terduga.

Baca juga: Meta PHK 11.000 Karyawan, Kelompok Big Tech Makin Pudar

Dia membagikan surat panjang kepada karyawan yang menceritakan tentang hilangnya pendapatan perusahaan dan rencana baru untuk memangkas biaya. Zuckerberg mengatakan mereka yang kehilangan pekerjaan akan menerima gaji 16 minggu ditambah dua minggu tambahan untuk setiap tahun masa kerja. Meta juga akan menanggung asuransi kesehatan selama enam bulan.

PHK Meta adalah salah satu PHK terbesar di dunia dan di industri teknologi secara global yang berdampak pada ribuan pekerja.

4. Netflix: dua PHK berturut-turut

Netflix mengumumkan dua putaran PHK. Pada bulan Mei, layanan streaming memangkas 150 pekerja setelah Netflix melaporkan kehilangan pelanggan pertamanya dalam satu dekade. Pada akhir Juni Netflix mengumumkan 300 PHK lainnya.

5. Snap: memangkas 20 persen tenaga kerja

Pada akhir Agustus, Snap mengumumkan telah memberhentikan 20 persen tenaga kerjanya, yang setara dengan lebih dari 1.000 karyawan.

CEO Snap Evan Spiegel memberi tahu karyawan dalam sebuah memo bahwa perusahaan perlu merestrukturisasi bisnisnya untuk menghadapi tantangan keuangannya.

6. Pembayaran online Stripe: sekitar 1.100 pekerja

Raksasa pembayaran online Stripe memberhentikan sekitar 14 persen stafnya tahun ini. Perusahaan mengatakan akan membayar pesangon selama 14 minggu kepada karyawan yang dipecat.

CEO Stripe Patrick Collison menulis dalam sebuah memo kepada staf perusahaan, pemotongan diperlukan di tengah meningkatnya inflasi, kekhawatiran akan resesi yang membayangi, suku bunga yang lebih tinggi, dan guncangan harga energi.

7. Microsoft: pangkas 1 persen karyawan

Raksasa teknologi Microsoft mengonfirmasi pada Oktober akan memberhentikan 1 persen karyawannya. Pemotongan tersebut berdampak pada sekitar 1.000 karyawan Microsoft.

Pengumuman itu muncul setelah Microsoft menyerukan pertumbuhan pendapatan paling lambat dalam lebih dari lima tahun pada kuartal ketiga tahun ini.

8. Coinbase: sekitar 1.100 karyawan

Pertukaran kripto Coinbase pada Juni mengumumkan akan memangkas 18 persen tenaga kerjanya, yang berarti pemangkasan sekitar 1.100 orang.

Melansir dari CNBC, pekerja yang diberhentikan menerima minimal 14 minggu pesangon ditambah 2 minggu tambahan dan ditawari empat bulan asuransi kesehatan COBRA di AS, serta empat bulan dukungan kesehatan mental secara global, menurut pengumuman perusahaan.

Baca juga: Raksasa Teknologi Kompak Lakukan PHK Massal, Goldman Sachs: Ini Bukan Sinyal Resesi

9. Shopify: sekitar 1.000 karyawan

Perusahaan e-commerce Shopify pada Juli mengumumkan telah memberhentikan 1.000 pekerja, yang setara dengan 10 persen dari karyawan globalnya.

Shopify mengatakan karyawan yang di-PHK akan menerima pesangon selama 16 minggu, ditambah satu minggu untuk setiap tahun masa kerja di perusahaan, menurut laporan CNBC.

10. Robinhood: sekitar 31 persen pekerja

Perusahaan pialang ritel Robinhood memangkas 23 persen stafnya pada Agustus, setelah memangkas 9 persen tenaga kerjanya pada April.

CEO Robinhood Vlad Tenev menyalahkan “kemerosotan lingkungan makro, dengan inflasi pada level tertinggi 40 tahun disertai dengan kehancuran pasar crypto yang luas.”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini