Kelian Adat Banjar Tegenungan, Gusti Raka mengatakan awal promosi Air Terjun Tegenungan sebagai objek pariwisata dilakukan pada tahun 1989.
Barulah kemudian memasuki tahun 2.000-an, tempat ini dilirik para wisatawan.
"Tiap hari lumayan ramai yang datang, banyak bule-bule. Yang lokal lebih banyak dari kalangan anak muda," ujar Gusti, begitu pria ini akrab disapa.
Dua turis mancanegara saat mandi di Air Terjun Tegenungan, di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Tiket Masuk Rp 5.000
Dikelola oleh warga Banjar setempat, untuk memasuki kawasan air terjun diberlakukan tiket masuk.
Yakni, untuk para wisatawan lokal sebesar Rp 5.000 dan wisatawan asing Rp 10.000.
Hasil uang tiket ini masuk ke dana banjar.
Per bulannya, dari pendapatan tiket tersebut diperoleh sebesar Rp 45 juta dan kemudian dialokasikan untuk pembangunan fasilitas objek wisata.
Sebagai fasilitas, hingga kini di kawasan air terjun juga disediakan toilet umum dan area parkir untuk motor dan mobil.
Air Terjun Tegenungan, di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Rencananya akan ada penambahan fasilitas lain terkait hal keamanan dan keselamatan di kawasan air terjun seperti diungkapkan oleh Kepala Desa Kemenuh, Dewa.
Adapun beberapa warung milik warga Banjar yang menyediakan makanan kecil dan minuman bagi para wisatawan di sini yang berada di kawasan atas sebelum turun ke area air terjun.
Tak perlu khawatir, di bawah pun pengunjung akan menemukan beberapa ibu penjual minuman yang biasanya berjualan di bale-bale, tepat di sebelah tempat pemandian.
Lewati 144 Anak Tangga
Begitu memasuki kawasan objek wisata satu ini, pengunjung dapat melihat pemandangan Air Terjun Tegenungan dan sungai sekitarnya dari atas, tepatnya dari area warung.