Ketiadaan akses menuju objek satu ini, itulah yang membuat lokasi ini belum banyak dijamah sebagai kawasan pariwisata.
Oleh karena itu, perlu sekali bertanya kepada para pemuda yang ada agar ditunjukkan jalan menuju air terjun ini.
Karena jika tidak dipandu, akan sulit ditemukan dan bisa tersesat di dalamnya.
Para pemuda Banjar tersebut pun akan bersedia mengantar untuk menuju tempat yang dimaksud.
Mencapai lokasi di mana air terjun ini ada, pengunjung harus menempuh jarak sekitar 600 meter dengan berjalan kaki.
Jika dilihat dari jaraknya memang tidak begitu jauh, namun medan yang dilewati lah yang menjadi tantangan.
Melewati hutan tanpa adanya jalan setapak, itulah yang harus ditempuh orang-orang yang datang ke sini.
Rute yang harus dilewati pun memiliki kontur naik-turun dan masih didominasi jalanan tanah yang cukup licin.
Disarankan, untuk datang ke sini menggunakan celana pendek dan sebaiknya menggunakan sepatu.
“Harus siap-siap ngebolang di sini. Nanti di depan harus gulung celana dan lepas alas kaki,” ujar Adi bersama para pemuda Banjar Bakas yang mengantar Tribun Bali hingga menuju lokasi Air Terjun Slau.
Setelah melewati hutan, medan yang selanjutnya yang harus dihadapi adalah sungai.
Orang-orang harus turun ke sungai dan menyusuri aliran air yang memiliki ketinggian hingga di atas kaki dengan arus yang cukup besar.
Keberadaan batu-batu besar di sepanjang sungai pun cukup membantu sebagai pijakan.
Karena kondisi air yang cukup dalam inilah yang membuat orang-orang lebih mudah melintas dengan melompati bebatuan tersebut ketimbang berjalan di air.