Di dindingnya tampak foto-foto bahari milik penghuni rumah dan surat keputusan dari Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan tentang penetapan rumah ini sebagai salah satu situs cagar budaya.
Agak ke belakang lagi, ada ruangan yang dipenuhi perabotan seperti tempat tidur, kelambu, tantaran atau tempat menggantungkan baju bagi pengantin baru orang Banjar serta beberapa gelas kaca klasik.
Di bagian bawah atapnya, ada celah mirip loteng yang di sekelilingnya dipagari dan berukiran.
Lukisan kincir angin Belanda. (Banjarmasin Post/Yayu)
Menurut pemilik rumah ini, Abu Najib, tempat ini dulu merupakan wadah calon pengantin perempuan Banjar dipingit sebelum hari pernikahannya tiba.
"Di situ calon pengantin melakukan berbagai aktifitas hariannya seperti makan, tidur, menjalani ritual batimung (mandi uap), balulur (luluran), dan aktifitas lainnya menjelang pernikahannya. Sebelum hari pernikahan tiba, dia tak boleh turun dari loteng itu," jelasnya.
Rumah ini satu komplek dengan rumah adat yang satu lagi, yaitu Bubungan Tinggi yang letaknya di belakang rumah Gajah Baliku ini.
Pemilik dua rumah ini adalah ayah dan anak.
"Rumah Bubungan Tinggi itu milik orangtua Hajjah Esah, yaitu HM Arif dan Hj Fatimah. Jadi, pemilik dua rumah ini masih satu keluarga. Perabotan-perabotan kuno di rumah ini merupakan warisan dari HM Arif," jelasnya.
HM Arif dulu merupakan orang kaya di kampungnya ini.
Dia saudagar sukses yang berniaga hingga ke beberapa negara seperti India, Belanda, Singapura, Jerman, dan sebagainya.
Tak heran jika di rumah adat ini ada perabotan-perabotan produksi asing seperti piring malawin berbahan porselen bergambar gajah dari India dan lukisan kincir angin dari Belanda.
Beberapa perabotan itu kemudian diwarisi oleh putrinya, Hajjah Esah yang memiliki rumah Gajah Baliku ini.
Bagaikan sebuah cerita kilas balik, beberapa hari lalu ada seorang turis dari Jakarta yang baru saja pulang berwisata ke Belanda kemudian berkunjung ke rumah adat ini.
Rupanya di Belanda dia sempat berfoto di depan kincir angin yang gambarnya ada di lukisan warisan HM Arif itu.