Foto itu ditunjukkannya ke Abu Najib dan bangunan serta pemandangan di sekitar kincir angin itu sama persis seperti yang ada di lukisan tersebut.
"Baru tahu saya ternyata bangunan kincir angin di lukisan warisan kakek buyut saya itu hingga sekarang masih ada di Belanda sana," ujarnya.
Di dinding ruang tamunya ada ukiran-ukiran khas Banjar berupa tumbuhan seperti kangkung dan buah manggis.
Pintu, ruangan, jendela, tiang serta jeruji jendelanya jika diperhatikan memiliki jumlah yang ganjil.
Pintu depannya satu, pintu tengah tiga buah, pintu ke dapur satu dan pintu belakang satu.
Lalu jeruji masing-masing jendela ada sembilan bilah.
Jendelanya di satu bentangan dinding ada tiga buah.
Lalu ruangannya ada tiga buah, yaitu ruang tamu, ruang tengah dan dapur.
Kemudian jumlah tiang rumah keseluruhannya ada sebelas bilah.
Angka ganjil ini bukan tanpa maksud.
Dalam adat Banjar yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam, jumlah ganjil dalam pembangunan rumah adatnya memiliki simbol identitas Allah SWT.
"Ada hadis Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa Allah itu ganjil dan menyukai yang serbaganjil. Jadi, jumlah ganjil di rumah adat Banjar ini maksudnya menandakan kesukaan Allah terhadap yang ganjil-ganjil," paparnya.
Kemudian, ukiran kangkung dan manggis di dinding rumah ini pun sarat dengan nuansa tradisi Banjar.
Kangkung adalah tumbuhan air yang bisa hidup di musim penghujan maupun kemarau.